Bejango Bliq, Tradisi Mendekatkan Diri dengan Leluhur Saat Bulan Rabiul Awal

Posted on

Masyarakat di Desa Songak, Kecamatan Sakra, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), memiliki tradisi Bejango Bliq yang bertujuan untuk mendekatkan diri pada leluhur. Tradisi yang dilestarikan secara turun temurun itu digelar saat bulan Rabiul Awal.

Mardiyah, tokoh adat Desa Songak, menuturkan Bejango Bliq menjadi momen untuk mengunjungi para leluhur sekaligus ajang silaturahmi antarwarga. Semacam ziarah kubur. Awalnya, tradisi ini dilakukan untuk memperingati penamaan Desa Songak yang sempat memiliki sebutan berbeda.

“Kami melaksanakan Bejango Bliq ini untuk memperingati kembalinya penamaan Desa Songak. Ada enam kali pergantian nama, yaitu Desa Keselet, Senake, Sebengaq, Sengapati, Suwung, dan Desa Leaq. Padahal, pertama kali namanya itu Desa Songak,” tutur Mardiyah kepada infoBali, Minggu (7/9/2025).

Menurut Madriyah, tradisi itu juga sempat disebut dengan Ngayu-ayu. Namun, lantaran istilah itu tidak terdapat dalam kosa kata bahasa setempat, tradisi itu lantas dinamakan Bejango Bliq.

“Dulu ini disebut dengan Ngayu-ayu dan itu sudah melenceng dari nama aslinya dan dalam bahasa kami di Desa Songak itu tidak ada, sehingga kembali kami menyebutnya Bjango Bliq,” imbuh Murdiyah.

Bjango Bliq berasal dari kata bjango yang berarti saling mengunjungi. Murdiyah menuturkan tradisi itu dilakukan secara besar-besaran oleh warga Songak sesuai penamaannya, yaitu Bjango Bliq.

“Ini merupakan wasiat orang tua (leluhur) kami di Desa Songak. Di tempat, ini dulu orang tua kami tersebut terakhir kali ditemukan jejaknya dan kemudian hilang,” imbuh Murdiyah.

Bagi warga setempat, tradisi Bjango Bliq diawali dengan melakukan zikir dan doa untuk memohon keselamatan. Setelah itu, iring-iringan Tembolak Beak yang berisikan aneka makanan dan buah-buahan dibawa oleh para perempuan menuju makam leluhur yang dikeramatkan.

Sesampainya di makam leluhur, tetua adat kemudian memimpin berjalannya upacara. Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan mengelilingi makam tersebut sebanyak tiga kali dan diiringi tabuhan musik tradisional gendang beleq.

“Kami mengelilingi makam ini sebagai bentuk penghormatan dan permisi terlebih dahulu kepada yang punya makam sebelum dilanjutkan ritual-ritual khusus,” terang Murdiyah.

Prosesi kemudian dilanjutkan lagi dengan zikir dan pembacaan doa oleh kiai adat diikuti oleh masyarakat setempat. Selanjutnya, warga bersama-sama memakan buah-buahan dan makanan yang telah dibuat sebelumnya.

Murdiyah menuturkan tradisi Bejango Beliq biasa dilakukan pada bulan Rabiul Awal. Tujuannya untuk mengambil keberkahan pada bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Ini telah ditetapkan oleh lembaga adat serta oleh pemerintah sendiri juga memasukkan budaya ini di kalender pariwisata,” ujar Murdiyah.

Diawali Zikir

Bagi warga setempat, tradisi Bjango Bliq diawali dengan melakukan zikir dan doa untuk memohon keselamatan. Setelah itu, iring-iringan Tembolak Beak yang berisikan aneka makanan dan buah-buahan dibawa oleh para perempuan menuju makam leluhur yang dikeramatkan.

Sesampainya di makam leluhur, tetua adat kemudian memimpin berjalannya upacara. Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan mengelilingi makam tersebut sebanyak tiga kali dan diiringi tabuhan musik tradisional gendang beleq.

“Kami mengelilingi makam ini sebagai bentuk penghormatan dan permisi terlebih dahulu kepada yang punya makam sebelum dilanjutkan ritual-ritual khusus,” terang Murdiyah.

Prosesi kemudian dilanjutkan lagi dengan zikir dan pembacaan doa oleh kiai adat diikuti oleh masyarakat setempat. Selanjutnya, warga bersama-sama memakan buah-buahan dan makanan yang telah dibuat sebelumnya.

Murdiyah menuturkan tradisi Bejango Beliq biasa dilakukan pada bulan Rabiul Awal. Tujuannya untuk mengambil keberkahan pada bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

“Ini telah ditetapkan oleh lembaga adat serta oleh pemerintah sendiri juga memasukkan budaya ini di kalender pariwisata,” ujar Murdiyah.

Diawali Zikir