Bank Sampah Sedap Malam di Banjar Kebon, Desa Nyitdah, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali, bisa dicontoh. Bank sampah ini mampu mengolah puluhan ton anorganik menjadi produk daur ulang bernilai ekonomi tinggi.
Ketua Bank Sampah Sedap Malam, I Ketut Nada, menjelaskan sampah anorganik yang diolah berasal dari 13 desa di Kecamatan Kediri. Masyarakat di 13 desa itu sudah terbiasa melakukan pemilahan sampah.
Menurut Nada, masyarakat memilah sampah dan membawa yang anorganik ke Bank Sampah Sedap Malam. “Kami beli sampah mereka dari harga termurah Rp 100 sampai yang termahal Rp 30 ribu. Nanti hasilnya bisa diambil di BUMDes,” terang Nada saat diwawancarai, Selasa (16/12/2025).
Sementara sampah organik didaur ulang di rumah masing-masing dan residu dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung. Pemilahan sampah ini sesuai instruksi Camat Kediri dalam menjalankan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.
Nada mengungkapkan ada lima kriteria sampah anorganik yang masuk Bank Sampah Sedap Malam, yakni semua jenis plastik, kertas, logam, busa (sandal dan sepatu bekas), dan jenis kaca.
Sampah kertas, logam, busa, dan kaca dipilah, lalu dikirim ke beberapa pengepul di Tabanan maupun daerah lain di Bali, ada juga dikirim luar Bali. “Jadi yang diolah di Bank Sampah Sedap Malam hanya yang plastik,” terang Nada.
Terdapat dua mesin pengolah di Bank Sampah Sedap Malam, yakni mesin press dan mesin pencacah, giling hingga kering. Mesin ini merupakan bantuan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
“Untuk jenis plastik, khususnya botol-botol, plastik bekas, semuanya di pres menjadi bahan baku daur ulang, hasilnya diekspor ke Asia. Sementara sampah plastik, seperti minuman gelas, dicacah dan dikirim ke luar Pulau Bali juga untuk bahan baku,” ungkap Nada.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Bank Sampah Sedap Malam akan kembali mendapat bantuan mesin pembuatan produk daur ulang pada 2026. Bahan baku hasil dari mesin itu rencananya akan dikirim lagi ke luar Bali.
Bank Sampah Sedap Malam, tutur Nada, bisa menerima hampir 2 ton lebih sampah anorganik setiap harinya dengan rata-rata 500 kilogram (kg) di setiap banjar. Sejak awal berdiri pada 2019, bank sampah tersebut mampu mengelola 200 ton sampah dalam satu tahun dari enam desa.
Bank Sampah Sedap Malam dibangun di lahan aset milik Pemerintah Kabupaten (Pemkan) Tabanan seluas 9,5 are. Nada dari awal merintis tempat pengolahan sampah tersebut menggunakan dana pihak ketiga dan penyertaan modal dari Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Nyitdah.
Saat ini terdapat 20 karyawan di Bank Sampah Sedap Malam yang mayoritas warga Desa Nyitdah. Nada mengungkap jumlah karyawan itu masih kurang dari kebutuhan semestinya. “Butuh 50 orang agar bisa beroperasi setiap hari,” ungkap dia.
