Balinale Dorong Bangun Ekosistem Kreatif Lewat Industri Film

Posted on

Bali tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata dunia, tetapi kini juga semakin mengukuhkan diri sebagai pusat kreativitas, salah satunya lewat kehadiran Bali International Film Festival (Balinale). Gelaran yang telah berlangsung hampir dua dekade ini dinilai berdampak besar terhadap citra dan transformasi ekonomi Bali ke arah sektor kreatif.

Rektor Primakara University sekaligus tokoh pengembangan ekonomi kreatif digital Bali, I Made Artana, mengungkapkan bahwa kehadiran festival film internasional seperti Balinale adalah sesuatu yang patut disyukuri.

“Ini sesuatu yang harus kita syukuri. Bahwasanya di Bali ini sudah ada muncul inisiasi-inisiasi, bahkan sudah lama, belasan tahun yang lalu. Kalau daerah lain bahkan mengidamkan mereka punya festival film internasional,” kata Artana seusai konferensi pers Bali International Film Festival (Balinale) di Icon Bali Mall, Sabtu (26/4/2025).

Menurutnya, Balinale menjadi sangat relevan dalam konteks upaya Bali mentransformasi ekonominya agar tidak hanya bergantung pada sektor pariwisata.

“Bagaimana kami berjuang dengan keras agar ke depan itu tumbuh sektor yang lain sebagai pendamping daripada pariwisata. Salah satunya ya, film,” ujarnya.
Artana menambahkan, event internasional seperti Balinale juga berperan besar dalam mengangkat brand Bali di mata dunia. Bukan hanya sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai pusat kegiatan kreatif.

“Yang harus kami diskusikan ke depan adalah bagaimana dampak nyata festival ini terhadap ekosistem kreatif lokal, agar makin banyak film yang tumbuh, dan makin banyak orang yang berkarya di Bali,” katanya.

Pakar Ekonomi dan Pariwisata Trisno Nugroho juga menyoroti dampak positif film terhadap pariwisata Bali. Contohnya film ‘Eat Pray Love’ yang sukses mendongkrak kunjungan wisatawan.

“Salah satunya itu film Eat Pray Love membuat terkenal kami kan, itu banyak membawa turis ke Indonesia. Itu luar biasa,” kata Trisno.

Trisno menjelaskan bahwa dukungan terhadap Balinale tidak lepas dari usahanya berkolaborasi dengan berbagai pihak penting seperti dinas pariwisata Bali hingga Menteri Ekonomi Kreatif, untuk mendorong Bali makin kuat sebagai pusat industri film internasional. Ia menambahkan Bali juga memiliki potensi besar dengan adanya Institut Seni Indonesia (ISI) yang memiliki jurusan film, serta komunitas-komunitas film yang aktif.

“Itu film lokal yang kami dorong, kebanyakan film pendek,” kata Trisno.

Artana menambahkan festival film seperti Balinale juga menjadi batu loncatan penting bagi pengembangan ekonomi digital Bali. Menurutnya, tidak hanya film series, dokumenter juga memiliki segmennya sendiri.

“Film ini kan salah satu industri yang size-nya besar. Kita liat aja drama Korea, dsb. Itu menunjukkan seberapa besarnya size dari industri itu,” tutupnya.

Balinale menjadi bukti nyata bahwa pengembangan sektor kreatif dapat berjalan berdampingan dengan pariwisata, membawa Bali menuju masa depan yang lebih beragam dan berkelanjutan.