Kemacetan di Jalan Raya Dalung, Kuta Utara, Badung, jadi pemandangan rutin di jam sibuk. Akibat kondisi ini laju kendaraan merangkak, dengan durasi tempuh yang lebih lama dari normal.
Kepadatan arus lalu lintas Selasa (11/11/2025) pagi sudah mulai terasa sejak memasuki Jalan Raya Abianbase, dan puncaknya terlihat setelah memasuki wilayah Desa Dalung, khususnya di Simpang Tiga Dalung. Antrean panjang kendaraan mengular hingga ke Simpang Tiga Bangsal, Dalung, menuju ke arah Kuta.
Pantauan infoBali menunjukkan kendaraan dari arah Tabanan yang menuju Kuta tersendat, baik mobil pribadi maupun motor. Bahkan, perjalanan yang biasanya hanya membutuhkan waktu lima menit menuju Pusat Pemerintahan (Puspem) Badung, pagi ini membengkak hingga mencapai 15 menit.
Menanggapi kondisi ini, Perbekel Dalung, I Gede Putu Arif Wiratya, mengakui bahwa jalur tersebut memang kerap padat di jam-jam sibuk. Ia sudah pernah mengusulkan rekayasa lalu lintas, tapi hal itu dinilai tidak memungkinkan. Arif juga sudah mengajukan ide solusi jangka panjang ke Bupati Badung agar ada pembukaan akses jalan baru di utara desa.
“Sudah sempat kami usulkan ada akses jalan baru di sebelah utara desa yang bisa melewati area Puspem Badung dan tembus langsung ke Jalan Raya Denpasar-Gilimanuk, tepatnya di Kelurahan Sempidi,” ujar Perbekel.
Sebagai langkah inisiatif sementara, pihak desa memanfaatkan jalan usaha tani di sekitar lokasi sebagai akses alternatif bagi warga setempat untuk menghindari kepadatan utama.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Badung, I Made Gede Wiryantara Adi Susandi, menyatakan pihaknya telah merancang manajemen pengaturan lalu lintas (lalin) di kawasan itu untuk mengatasi kemacetan. Salah satunya adalah mengoptimalkan fungsi pengaturan lampu lalu lintas melalui kendali Area Traffic Control System (ATCS).
Wiryantara mengakui bahwaDishub belum membahas penerapan rekayasa lalu lintas satu arah karena memerlukan kajian lebih detail dengan mempertimbangkan berbagai aspek. Untuk sementara,Dishub Badung mengoptimalkan rambu dan penempatan petugas lapangan bersama kepolisian.
“Jadi traffic light sudah ada di kawasan itu, seperti di Bangsal dan di Simpang Kwanji. Kondisi volume kendaraan di sana memang padat, dan traffic light ini masih kami kendalikan dari control room untuk memantau ritme. Kalau padat, otomatis kami atur sirkulasi kendaraannya lewat ATCS,” jelasnya.
Selain itu, bantuan petugas di lapangan masih menjadi kunci. “Kami juga masih memakai bantuan petugas untuk mengatur lalin di sana. Beberapa kali sering ditemukan pengendara yang kurang disiplin, sehingga menambah krodit, makanya ada bantuan petugas di beberapa titik,” tutup Wiryantara.
