Asrama Putri Ponpes Situbondo Ambruk: 1 Orang Tewas-Bangunan Baru 2 Tahun

Posted on

Asrama putri di Pondok Pesantren (Ponpes) Salafiah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani di Desa Blimbing, Kecamatan Besuki, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, ambruk. Satu santriwati berusia 12 tahun meninggal dunia dan belasan lainnya terluka.

Dilansir infoJatim, peristiwa nahas ini terjadi saat wilayah pondok diguyur hujan deras disertai angin kencang. Polisi bersama BPBD Jatim langsung turun tangan melakukan penyelidikan dan penanganan.

Sementara para korban luka masih menjalani perawatan di sejumlah fasilitas kesehatan. Berikut sederet fakta di balik tragedi ambruknya ponpes di Situbondo yang menyisakan duka mendalam.

Fakta-fakta Ponpes Ambruk di Situbondo

1. Asrama Putri Ambruk Saat Dini Hari

Peristiwa memilukan ini terjadi pada Rabu (29/10/2025) dini hari sekitar pukul 00.30 WIB. Pengasuh Ponpes Syech Abdul Qodir Jailani KH Muhammad Hasan Nailul Ilmi menjelaskan, saat itu wilayah sekitar pondok diguyur hujan disertai angin kencang.

“Saat itu, terdengar suara gemuruh dari arah asrama putri. Gemuruh tersebut ternyata berasal dari atap bangunan asrama yang ambruk. Yang ambruk bagian atapnya, sementara temboknya tetap berdiri,” ungkapnya kepada wartawan.

2. Satu Santriwati Tewas, 11 Lainnya Luka

Kapolres Situbondo AKBP Rezi Dharmawan membenarkan kejadian tersebut. Ia menyebut total ada 12 santriwati yang menjadi korban dalam insiden itu.

“Betul. Satu orang meninggal, dari total 12 santriwati yang jadi korban dari peristiwa tersebut,” ungkap Rezi.

Santriwati yang meninggal bernama Putri (12), warga Dusun Rawan, Desa/Kecamatan Besuki. Ia telah dimakamkan keluarganya pada Rabu pagi pukul 08.00 WIB.

Sementara korban luka terdiri dari enam orang. Mereka dirawat di Puskesmas Besuki, empat di RSUD Besuki, dan satu di RSIA Jatimned.

3. Korban Sempat Dirawat, Ada yang Harus Dioperasi

Menurut Hasan, para korban yang mengalami luka-luka langsung dilarikan ke puskesmas dan rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan medis. Beberapa di antaranya mengalami luka cukup serius akibat tertimpa material bangunan.

“Dua santri yang mendapat perawatan di RSUD Besuki harus dioperasi karena lukanya cukup parah. Santriwati tersebut sebelumnya memang dalam kondisi sakit, dan baru kembali ke pondok,” ujarnya.

4. Polisi Lakukan Olah TKP dan Datangkan Tim Ahli

Pihak kepolisian bergerak cepat menyelidiki penyebab ambruknya atap bangunan. Rezi menyebut tim ahli akan didatangkan untuk memastikan kondisi struktur pondok.

“Langkah ini dilakukan untuk memastikan penyebab pasti ambruknya atap bangunan serta menilai kelayakan struktur pondok. Kami juga telah berkoordinasi dengan pihak ponpes dan Kementerian Agama,” katanya.

Selain itu, polisi meminta seluruh santri untuk sementara dipindahkan dari asrama terdampak demi keselamatan. “Untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan terjadi kembali,” tandasnya.

Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto menjelaskan, peristiwa atap rubuh itu terjadi sekitar pukul 01.00 dini hari. Ia mengatakan, di ruangan asrama putri tersebut tinggal 19 santriwati.

“Pada hari Rabu 29 Oktober 2025, pukul 1 dini hari, telah terjadi atap rubuh di Pesantren Salafiyah-Safiyah Sheikh Abdul Qadir al-Jailani,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

“Di mana pada ruangan tersebut tinggal 19 santriwati, dan ada korban sebanyak lima orang, satu korban meninggal dunia, dan dua orang luka berat, dua orang luka ringan. Untuk korban yang luka berat dan luka ringan saat ini sedang dirawat di rumah sakit,” sambungnya.

BPBD memastikan korban meninggal telah dimakamkan pihak keluarga. “Satu santriwati yang meninggal sudah dimakamkan oleh pihak keluarga siang tadi,” ujar Gatot.

Hingga kini, penyebab pasti ambruknya atap asrama belum diketahui. Kapolres Situbondo menegaskan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan tim ahli.

“Hasil penyelidikan kami masih belum tau penyebabnya, apakah faktor cuaca atau faktor yang lain. Kami juga akan koordinasi dengan pihak kementerian,” pungkasnya.

Bangunan asrama tersebut ternyata baru selesai dibangun sekitar dua tahun lalu.
Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani sendiri berdiri sejak tahun 2007. Kini, ponpes tersebut menampung sekitar 300 santri putra dan putri dari berbagai daerah.

“Bangunan yang ambruk ini termasuk bangunan baru. Karena selesai dibangun pada Juli 2023, jadi masih dua tahun empat bulan,” ujar pengasuh ponpes KH Muhammad Hasan Nailul Ilmi, Kamis (30/10/2025).

Hasan mengaku tidak punya kekhawatiran sedikitpun terkait kondisi bangunan asrama putri itu hingga terjadi peristiwa pada malam tersebut.

“Pas kejadian itu hujan turun sangat deras disertai angin kencang sejak sekitar pukul 23.00 WIB,” terangnya.

Artikel ini telah tayang di infoJatim, baca selengkapnya

5. BPBD Jatim Pastikan Korban Masih Dirawat

6. Dugaan Penyebab Masih Diselidiki

7. Baru Dibangun 2 Tahun

Kalaksa BPBD Jatim Gatot Soebroto menjelaskan, peristiwa atap rubuh itu terjadi sekitar pukul 01.00 dini hari. Ia mengatakan, di ruangan asrama putri tersebut tinggal 19 santriwati.

“Pada hari Rabu 29 Oktober 2025, pukul 1 dini hari, telah terjadi atap rubuh di Pesantren Salafiyah-Safiyah Sheikh Abdul Qadir al-Jailani,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

“Di mana pada ruangan tersebut tinggal 19 santriwati, dan ada korban sebanyak lima orang, satu korban meninggal dunia, dan dua orang luka berat, dua orang luka ringan. Untuk korban yang luka berat dan luka ringan saat ini sedang dirawat di rumah sakit,” sambungnya.

BPBD memastikan korban meninggal telah dimakamkan pihak keluarga. “Satu santriwati yang meninggal sudah dimakamkan oleh pihak keluarga siang tadi,” ujar Gatot.

Hingga kini, penyebab pasti ambruknya atap asrama belum diketahui. Kapolres Situbondo menegaskan pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan tim ahli.

“Hasil penyelidikan kami masih belum tau penyebabnya, apakah faktor cuaca atau faktor yang lain. Kami juga akan koordinasi dengan pihak kementerian,” pungkasnya.

Bangunan asrama tersebut ternyata baru selesai dibangun sekitar dua tahun lalu.
Ponpes Salafiyah Syafi’iyah Syekh Abdul Qodir Jaelani sendiri berdiri sejak tahun 2007. Kini, ponpes tersebut menampung sekitar 300 santri putra dan putri dari berbagai daerah.

“Bangunan yang ambruk ini termasuk bangunan baru. Karena selesai dibangun pada Juli 2023, jadi masih dua tahun empat bulan,” ujar pengasuh ponpes KH Muhammad Hasan Nailul Ilmi, Kamis (30/10/2025).

Hasan mengaku tidak punya kekhawatiran sedikitpun terkait kondisi bangunan asrama putri itu hingga terjadi peristiwa pada malam tersebut.

“Pas kejadian itu hujan turun sangat deras disertai angin kencang sejak sekitar pukul 23.00 WIB,” terangnya.

Artikel ini telah tayang di infoJatim, baca selengkapnya

5. BPBD Jatim Pastikan Korban Masih Dirawat

6. Dugaan Penyebab Masih Diselidiki

7. Baru Dibangun 2 Tahun