Hari Tasyrik merupakan tiga hari setelah Idul Adha atau dalam kalender Islam jatuh pada 11, 12, 13 Dzulhijjah. Pada 2025, Idul Adha jatuh pada Jumat, 6 Juni 2025. Artinya, Hari Tasyrik jatuh pada 7, 8, 9 Juni 2025. Lantas, apa itu Hari Tasyrik?.
Dikutip dari laman mui.or.id, tasyrik atau tasyriq dalam bahasa Arab merupakan kata dasar dari “syarraqa” yang artinya matahari terbit atau menjemur sesuatu. Tasyrik juga diartikan dengan penghadapan ke arah timur atau sinar matahari saat terbit.
Namun, tidak sedikit para ulama yang memiliki perbedaan dalam penamaan tasyrik. Dalam karyanya Lisan al-Arab, Syekh Ibnu Manzur mengatakan dinamakan tasyrik dikarenakan waktu tersebut adalah hari di mana umat Islam menjemur daging kurban mereka untuk dibuat dendeng.
Hal ini lantaran pada masa Nabi Muhammad SAW belum ada alat pendingin seperti kulkas. Tujuannya agar daging kurban dapat disimpan dengan waktu lama sehingga menjadi cadangan makanan untuk dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Hari Tasyrik disebut sebagai hari agung dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (Hari Tasyrik),” (HR. Abu Daud).
Hari Tasyrik juga adalah momen istimewa untuk memperbanyak ibadah, bersyukur dan saling berbagi.
Pada Hari Tasyrik, umat Islam dilarang berpuasa. Hal ini berdasarkan hadist Rasulullah SAW:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ قَالَا لَمْ يُرَخَّصْ فِي أَيَّامِ التَّشْرِيقِ أَنْ يُصَمْنَ إِلَّا لِمَنْ لَمْ يَجِدْ الْهَدْيَ
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu anhuma, keduanya berkata: “Tidak diperkenankan untuk berpuasa pada hari tasyrik kecuali bagi siapa yang tidak mendapatkan hewan kurban ketika menunaikan haji,” (HR. Bukhori, No 1859).
Umat Islam dianjurkan menikmati hidangan daging kurban saat hari tasyrik. Hari Tasyrik adalah hari-hari untuk makan dan minum.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ يَوْمَ عَرَفَةَ وَيَوْمَ النَّحْرِ وَأَيَّامَ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الْإِسْلَامِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Dari Uqbah bin Amir, Rasulullah SAW bersabda: “Hari Arafah, hari Idul Adha dan hari Tasyrik adalah hari raya kita pemeluk agama Islam, serta merupakan hari-hari untuk makan dan minum,” (HR An-Nasa’i).
Imam Bukhori meriwayatkan hadits perihal amal pada hari tasyrik. Ia mengutip pandangan Ibnu Abbas RA perihal perintah dzikir pada hari-hari tertentu yang dipahami sebagai hari tasyrik di surat Al-Baqarah ayat 203:
وقال ابنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُواْ اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَّعْدُودَاتٍ أَيَّامُ العَشْرِ والأَيَّامُ المَعْدُوْدَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيْقِ وكَانَ ابنُ عُمَرُ وأَبُو هُرَيْرَةَ كَانَا يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِي أيَّامِ العَشْرِ يُكبِّرَانِ، ويُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيْرِهِمَا وكَبَّرَ مُحَمَّدٌ بْنُ عَلِيٍّ خَلْفَ النَافِلَةِ
Artinya: Ibnu Abbas RA mengatakan: Sebutlah nama Allah (dzikirlah) pada hari tertentu. (Surat Al-Baqarah ayat 203). Hari 10 dan hari-hari tertentu adalah hari tasyrik. Sahabat Ibnu Umar dan Abu Hurairah RA keluar ke pasar pada hari 10 sambil bertakbir. Orang-orang pun ikut bertakbir karena takbir keduanya. Muhammad bin Ali juga bertakbir setelah salat sunnah. (HR Bukhori).
Ibnu Hajar al-Asqalani pada akhir pembahasan amal pada hari tasyrik mengutip riwayat hadits yang menganjurkan umat Islam untuk membaca tahlil, tahmid dan takbir.
وقد وقع في رواية بن عمر من الزيادة في آخره فَأَكْثِرُوْا فِيْهِنَّ مِنَ التَّهْلِيْلِ وَالتَّحْمِيْدِ وَالتَّكْبِيْرِ
Artinya: Pada riwayat Ibnu Umar ada tambahan kalimat di akhir: Perbanyaklah tahlil, tahmid dan takbir pada hari tasyrik. (Al-Asqalani, 2004 M/1424 H: II/529).
Sapu jagat adalah salah satu doa yang dianjurkan untuk dibaca di hari tasyrik. Dalam surah Al-Baqarah ayat 200-201, Allah SWT berfirman:
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَٰسِكَكُمْ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ
Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,” dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat,”
وَمِنْهُم مَّن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
Artinya: Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka,”