Aktivis perempuan Yenny Wahid prihatin dengan maraknya kasus kekerasan seksual di lingkungan pondok pesantren (ponpes). Putri Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, itu meminta pemerintah untuk aktif melakukan langkah pencegahan.
“Sangat memprihatinkan. Kekerasan seksual di ponpes sangat bertentangan dengan ajaran agama,” kata Yenny seusai menghadiri acara Festival Kampo Mahawo di Kantor Bupati Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), Selasa (6/5/2025).
Yenny menekankan bahwa ponpes merupakan lembaga pendidikan berbasis ajaran agama Islam yang mengajarkan nilai-nilai moral dan penghormatan terhadap perempuan.
“Di Islam, perempuan dimuliakan oleh semua orang,” ujarnya.
Tak hanya perempuan, Yenny menyebut korban kekerasan seksual juga berasal dari kalangan santri laki-laki.
“Jadi, semua itu harus dilindungi,” sebut Yenny.
Ia pun mendorong pemerintah agar lebih aktif melibatkan pemuka agama dan seluruh elemen masyarakat dalam upaya pencegahan kekerasan seksual di lingkungan ponpes.
“Semua pihak harus turun tangan semua. Kita bangun kesadaran bersama-sama untuk mencegah dan memberikan penyadaran agar para santri tidak menerima kalau ada perlakuan pelecehan terhadap mereka,” tegasnya.
Sebelumnya, kasus dugaan pelecehan seksual di sebuah ponpes di Lombok Barat, NTB, mencuat ke publik. Pelaku diduga adalah AF, pimpinan yayasan pondok pesantren di wilayah Gunung Sari.
Kasus ini terungkap setelah sejumlah santriwati dan alumnus pondok tersebut melapor ke polisi. Hingga saat ini, sudah ada 10 korban yang melapor, namun diduga jumlah korban sebenarnya lebih banyak.
AF dilaporkan melakukan pelecehan di sejumlah lokasi. Para korban mulai berani bersuara setelah menonton serial Malaysia berjudul Bidaah yang viral di media sosial.
Mereka menilai karakter Walid dalam serial itu mirip dengan sosok AF. Sejak saat itu, kasus ini dikenal publik dengan sebutan ‘Walid Lombok’.