Madu asam yang dihasilkan dari lebah kelulut tanpa sengat menjadi daya tarik baru di sektor wisata lokal. Budidaya lebah kelulut yang dikembangkan masyarakat di Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali, menarik minat wisatawan mancanegara, khususnya turis asal Timur Tengah.
Setiap harinya, puluhan wisatawan asing datang silih berganti untuk mencicipi langsung madu asam khas kelulut. Banyak di antara mereka yang kemudian membeli madu sebagai oleh-oleh.
“Ini cukup mengagetkan mereka karena selama ini yang mereka tahu rasa madu itu manis. Oh, ternyata madu rasanya asam. Kalau kelulut memang madu rasa asam segar yang dihasilkan sehingga ini yang bikin mereka (turis) penasaran,” kata salah satu pembudidaya lebah kelulut, Ni Made Wirati, saat ditemui Minggu sore (25/5/2025).
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Wirati mengatakan, tidak sedikit turis yang ingin mencoba langsung proses panen madu dari sarangnya. Di lokasi miliknya, terdapat 50 sarang lebah kelulut yang seluruhnya dibuat dari berbagai jenis kayu pohon.
“Saya kadang ajarkan juga turis memanen madu dari sarangnya sendiri. Pengunjung bisa langsung mencicipi di lokasi,” ujarnya.
Madu kelulut yang dihasilkan termasuk jenis madu dengan rasa asam segar. Dalam sekali masa panen selama dua bulan, satu sarang mampu memproduksi antara 500 mililiter hingga 1 liter madu.
Lebah kelulut termasuk dalam kelompok lebah dari suku Meliponini yang tidak memiliki sengat. Warna tubuhnya dominan hitam dan bentuknya lebih kecil dari lebah madu pada umumnya.
Menurut Wirati, madu kelulut memiliki beragam manfaat kesehatan dan bisa dikonsumsi langsung atau diolah menjadi minuman.
“Bagus untuk obat alami, penambahan stamina dan panas dalam. Bisa dikonsumsi langsung satu sendok, atau pakai air hangat ditambah sereh dan jahe untuk menambah sensasi menyegarkan dari minuman madu hangat ini,” pungkasnya.