Warga Kuta, Kabupaten Badung, Bali, mengeluhkan suara ledakan petasan hingga kembang api yang hampir sepanjang hari terdengar, terutama saat malam hari. Tidak hanya warga, turis dan pelaku usaha setempat juga mengaku terganggu. Desa adat juga memerhatikan keselamatan warganya.
Bendesa Adat Kuta, Komang Alit Ardana, mengungkapkan suara petasan yang kerap terdengar pada waktu-waktu yang tak terduga. Ia kini kembali menggalakkan aturan adat yang khusus mengatur penyalaan kembang api hingga mercon di wilayah itu.
“Kami sudah punya pararem (aturan adat) itu. Kami galakkan lagi untuk dipahami kembali semua pihak. Tidak semua orang bisa menikmati suara ledakan,” ujar Alit Ardana, Sabtu (31/5/2025).
Aturan adat itu, Alit Ardana berujar, dibuat berdasarkan paruman atau keputusan warga adat. Menurutnya, warga Kuta ingin agar tak ada lagi suara ledakan kembang api, petasan, hingga mercon, kecuali saat malam tahun baru.
Alit Ardana menjelaskan kembang api, mercon, petasan, dan sejenisnya bisa saja dinyalakan oleh wisatawan maupun warga. Sebab, kembang api masih dijual bebas tanpa pengawasan.
“Karena itu kami mengendalikan peredaran (penjualan). Turis tidak salah karena mereka membeli. Ini yang diatur, penjualan kembang api di Desa Adat Kuta. Tidak boleh nyalakan itu di kawasan wisata, pemukiman, jalan umum karena berisiko,” imbuhnya.
Prajuru Desa Adat Kuta, dia melanjutkan, tak segan untut menyita dan memusnahkan petasan jika ada yang kedapatan melanggar. Ia menegaskan toleransi penyalaan petasan diberikan pada saat malam pergantian tahun baru, dengan ketentuan waktu pukul 00.00 Wita.
Menurut Alit Ardana, langkah itu diambil karena Kuta merupakan destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan dari berbagai belahan dunia. Ia menyebut hal itu juga untuk membuat wisatawan lebih nyaman tanpa suara ledakan petasan yang tak mengenal waktu.
“Sudah ada imbauan. Informasi larangan ini kami sebar di beberapa titik, terutama di Pantai Kuta,” pungkasnya.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
