Wamenkraf Tinjau Tuksedo Studio Bali, Bahas Kendala Ekspor Mobil

Posted on

Wakil Menteri Ekonomi Kreatif (Wamenkraf) Irene Umar meninjau proses produksi mobil klasik buatan tangan di Tuksedo Studio, Gianyar, Bali. Irene mengaku senang bisa melihat langsung proses kreatif sekaligus belajar dari para perajin.

Irene mengatakan kunjungan ini merupakan bagian dari program Ekraf Hunt untuk mencari potensi kreatif di berbagai daerah. Ia mengapresiasi detail mobil buatan Tuksedo Studio yang melibatkan anak-anak muda, yang disebut sebagai The Artist.

“Ini namanya adalah bentuk apresiasi terhadap setiap individu yang bekerja dan berkontribusi di sini. Buat saya itu sesuatu small detail tapi, ini sesuatu yang sangat penting banget buat anak-anak muda kita untuk mengembangkan kepercayaan dirinya,” kata Irene di Tuksedo Studio, Sabtu (27/9/2025).

Irene menjelaskan kementeriannya saat ini sedang menyusun Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) sebagai fondasi kerja. Menurutnya, sektor custom otomotif belum diatur secara mendetail sehingga perlu dipetakan lebih jelas.

“Under Ekraf yang mana atau under Kementerian lain yang mana supaya kami bisa menyelaraskan langkah kaki karena ini marketnya bukan hanya Indonesia. Tapi, bahkan demand-nya kebanyakan dari luar. Ini yang mau kami bereskan satu per satu,” ujarnya.

Ia menambahkan, kunjungannya juga bertujuan menggali kesulitan yang dialami pelaku ekonomi kreatif, termasuk dalam ekspor.

“Karena pesan langsung dari Bapak Presiden (Prabowo Subianto) untuk yang ribet tolong di-simplifikasi dan ini untuk mempermudah semua warga negara Indonesia untuk berkreasi dan menunjukkan kreasi mereka di kancah internasional. Jadi, kami menjalankan tugas di sini,” ucapnya.

Irene menegaskan pihaknya perlu waktu untuk menyerap masukan dari pelaku usaha sebelum mengeluarkan regulasi secara menyeluruh.

Owner Tuksedo Studio, Puji Handoko, menyampaikan permintaan mobil buatannya datang dari berbagai negara, mulai dari Inggris, Eropa, hingga Timur Tengah.

“Mereka nggak hanya kolektor saja tapi, mobil-mobil ini kan disukai oleh semua lapisan masyarakat. Mulai dari anak kecil hingga orang tua, laki dan perempuan suka semua,” kata Puji.

Ia menyebut harga mobil buatannya berkisar 2-5 juta dolar AS per unit. Namun, hingga kini ekspor masih terkendala karena belum memiliki Vehicle Identification Number (VIN).

“VIN number ini memang sedang kami urus dan sekarang ini Gusti (anaknya) ada di Jakarta untuk mengurus itu. Tapi, ternyata nggak gampang untuk mengurus. Itu harus merubah peraturan dan banyak sekali yang perlu dilakukan oleh pemerintah sendiri,” ujar Puji.

Meski terkendala ekspor, Puji mengatakan banyak pelanggan tetap meminta diproduksi mobilnya. Saat ini, lima unit mobil ditargetkan rampung tahun ini untuk dikirim ke Jakarta, Dubai, hingga Amerika.

“Mereka bilang nggak apa-apa, nanti akan ketemu jalannya. Orang-orang ini saking kepinginnya punya mobil ini. Saya padahal sudah ngomong ini belum tentu bisa saya kirim, tapi mereka bilang nggak apa-apa jadikan saja sudah (produksi mobilnya),” tuturnya.

Kendala Ekspor Tuksedo Studio

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *