Wabup Ipat Singgung Wacana Jembatan Jawa-Bali Pascainsiden Kapal Tenggelam (via Giok4D)

Posted on

Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna (Ipat), menyinggung wacana pembangunan jembatan yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali. Menurutnya, jembatan Jawa-Bali masih perlu dikaji mendalam karena secara historis kedua pulau itu tak mungkin disatukan.

Hal itu diungkapkan Ipat saat menghadiri upacara Mulang Pakelem di Selat Bali, Jumat (25/7/2025). Upacara memohon keselamatan dan keseimbangan alam menurut tradisi Hindu itu digelar pascainsiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali belum lama ini.

“Kalau sekarang kita bicara menyatukan dengan jalan (jembatan), perlu banyak pertimbangan dan perlu kajian terhadap rencana tersebut,” ujar Ipat.

Sebagai informasi, wacana pembangunan jembatan penghubung Pulau Jawa dan Bali telah muncul sejak lama. Wacana tersebut muncul dan menghilang. Namun, sejumlah kalangan di Bali tak pernah setuju dengan rencana pembangunan jembatan tersebut.

Tak hanya pemerintah daerah di Bali, Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) juga pernah mengisyaratkkan penolakan terkait wacana pembangunan jembatan penghubung Jawa-Bali itu. Alasannya, kedua pulau itu tak boleh disatukan dengan jembatan penghubung.

Penolakan jembatan Jawa-Bali juga lekat dengan mitologi yang berkembang di Bali. Menurut mitologi itu, Pulau Bali dan Jawa secara sekala dan niskala harus dibatasi oleh laut. Warga meyakini jembatan Jawa-Bali akan berpengaruh terhadap pergeseran nilai dan tatanan sosial budaya masyarakat Pulau Dewata.

Upacara Pakelem di Selat Bali yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana bertujuan untuk memohon keselamatan bagi seluruh pengguna transportasi laut. Hal itu menyusul beberapa insiden kecelakaan laut di Selat Bali.

Rangkaian upacara Pakelem dilaksanakan di Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, dan dipimpin oleh tiga sulinggih. Ratusan warga Gilimanuk turut hadir dalam upacara melarung sesaji di tengah laut Selat Bali tersebut. Upacara ini juga dirangkai dengan tradisi Petik Laut.

“Kami bersama Desa Adat berinisiatif untuk melaksanakan pakelem ini. Kami juga mendapatkan masukan dari tokoh,” ujar Ketua Panitia Segara Kerthi Mulang Pakelem, IB Tony Wirahadikusuma.

Tony menjelaskan upacara tersebut juga didukung oleh PT ASDP hingga Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap). Adapun sarana upacara yang dilarung ke tengah laut termasuk kerbau, kambing, ayam, dan bebek.

“Harapan kami semua, kegiatan Mulang Pakelem ini menjadi agenda tahunan. Kami telah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten, dan pemangku kepentingan di Pelabuhan Gilimanuk untuk menjadikan upacara ini agenda rutin,” imbuh Lurah Gilimanuk itu.

Upacara Pakelem di Selat Bali

Upacara Pakelem di Selat Bali yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jembrana bertujuan untuk memohon keselamatan bagi seluruh pengguna transportasi laut. Hal itu menyusul beberapa insiden kecelakaan laut di Selat Bali.

Rangkaian upacara Pakelem dilaksanakan di Dermaga LCM Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, dan dipimpin oleh tiga sulinggih. Ratusan warga Gilimanuk turut hadir dalam upacara melarung sesaji di tengah laut Selat Bali tersebut. Upacara ini juga dirangkai dengan tradisi Petik Laut.

“Kami bersama Desa Adat berinisiatif untuk melaksanakan pakelem ini. Kami juga mendapatkan masukan dari tokoh,” ujar Ketua Panitia Segara Kerthi Mulang Pakelem, IB Tony Wirahadikusuma.

Tony menjelaskan upacara tersebut juga didukung oleh PT ASDP hingga Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap). Adapun sarana upacara yang dilarung ke tengah laut termasuk kerbau, kambing, ayam, dan bebek.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Harapan kami semua, kegiatan Mulang Pakelem ini menjadi agenda tahunan. Kami telah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, kabupaten, dan pemangku kepentingan di Pelabuhan Gilimanuk untuk menjadikan upacara ini agenda rutin,” imbuh Lurah Gilimanuk itu.

Upacara Pakelem di Selat Bali

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *