Uskup Labuan Bajo, Monsinyur (Mgr) Maksimus Regus, mengenang Paus Fransiskus sebagai sosok progresif dalam Gereja Katolik modern. Paus Fransiskus wafat di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, Senin (21/4/2025).
“Beliau juga merupakan figur yang sangat progresif dalam Gereja Katolik modern,” kata Mgr Maksimus, Selasa (22/4/2025).
Menurutnya, Paus Fransiskus telah membawa wajah Gereja Katolik lebih dekat dengan realitas hidup manusia, terutama di wilayah-wilayah pinggiran yang kerap terabaikan.
“Itu sungguh menakjubkan, sebuah pilihan pastoral yang sangat evangelis,” ujar Uskup pertama Keuskupan Labuan Bajo tersebut.
Mgr Maksimus juga menilai Paus Fransiskus sebagai pribadi bersahaja yang memancarkan kedekatan emosional, meski dirinya tidak pernah mengenal secara langsung.
“Ada sesuatu dalam dirinya yang membuat orang merasa dekat, dari gaya hidupnya yang sederhana hingga cara ia menyampaikan pesan dengan kelembutan namun penuh daya dorong,” terang Mgr Maksimus.
Mgr Maksimus mengenang momen penting saat Paus Fransiskus secara resmi mendirikan Keuskupan Labuan Bajo. Keputusan itu menjadikan wilayah tersebut bagian dari peta gereja universal.
“Itu adalah simbol kasih beliau kepada gereja lokal di Manggarai Raya, dan pada saat yang sama ungkapan kepercayaan kepada saya untuk melayani sebagai uskup pertama gereja muda ini,” ujarnya.
Kenangan lain yang membekas adalah saat dirinya berkesempatan bertatap pandang dan berjabat tangan dengan Paus Fransiskus saat kunjungan ke Indonesia pada 2024. Meski berlangsung singkat, momen itu sangat berkesan.
“Itu bukan hanya sebuah perjumpaan, melainkan pengalaman spiritual,” kata Uskup yang ditahbiskan pada 1 November 2024 ini.
Mgr Maksimus mengatakan, warisan penting Paus Fransiskus terletak pada keberaniannya membuka ruang perjumpaan lintas iman, budaya, bahkan ideologi.
Paus Fransiskus, lanjutnya, konsisten mengedepankan solidaritas global, soliditas internal Gereja, serta semangat sinodalitas-yakni berjalan bersama, mendengar bersama, dan bertindak bersama.
Ia juga menilai Paus asal Argentina itu mewariskan konsep ekologi integral, yang mengajak umat pada pertobatan ekologis. Sebuah pendekatan spiritual yang sangat kontekstual dengan tantangan zaman.
“Dalam banyak hal, ia tidak hanya berbicara tentang ekologi lingkungan, tapi juga ekologi sosial, kultural, dan spiritual. Itu sangat kuat dan relevan,” jelasnya.
Mgr Maksimus menyebut Paus Fransiskus sebagai figur yang mengajak setiap individu untuk melakukan pertobatan dalam berbagai aspek kehidupan.
“Beliau membuat kita sadar bahwa iman yang otentik selalu membawa perubahan nyata, dan bahwa setiap orang Kristiani adalah agen transformasi dalam masyarakat,” ucapnya.