Komunitas Bersalingsilang menggelar acara perdana mereka di Bali bertajuk Penestanan Swap Day, Jumat (23/5/2025). Bertempat di Jalan Penestanan, Ubud, Gianyar, acara ini menjadi ruang bagi masyarakat untuk bertukar pakaian layak pakai secara gratis sebagai bentuk upaya memperpanjang usia pakai busana.
Kegiatan dimulai sejak pukul 11.00 Wita dengan sesi registrasi peserta dan pengumpulan pakaian. Seluruh pakaian yang diserahkan akan melalui proses kurasi oleh panitia hingga pukul 13.00 Wita. Sambil menunggu, peserta dapat menikmati kopi di kedai Bodega atau mengikuti kelas yoga Jagad Harmony dari Ranakami.
“Kriteria untuk pakaian yang bisa swap itu yang penting tidak bau, tidak bolong, tidak bernoda, bagian leher dan ketiaknya aman, kancing dan resleting bisa terpasang dengan baik. Kalau celana, karetnya tidak melar,” jelas pendiri Bersalingsilang, Cinthya Suci Lestari.
Setiap pakaian yang lolos kurasi akan mendapat satu token yang bisa ditukar dengan pakaian lain dalam jumlah yang sama. Peserta bebas memilih model pakaian yang tersedia, mulai dari dress, kebaya, kemeja batik, blazer, hingga rok pendek dan panjang
Berbeda dengan acara serupa di kota lain yang pernah diikuti hingga 700 peserta, kegiatan kali ini diikuti secara terbatas, hanya 9 orang.
“Kalau kemarin 700 orang, kita nggak bisa kenalan. Tapi dapat acara talkshow yang encourage orang bijak berpakaian. Kali ini bisa lebih kenal, bisa lebih dekat,” ungkap Cinthya.
Acara dibuka dengan sesi perkenalan peserta, dilanjutkan dengan lucky draw. Masing-masing peserta mengambil kertas bertuliskan pesan kejutan. Ada yang mendapat pelukan, ajakan subscribe akun Saling Silang, hingga tantangan ringan lainnya, menciptakan suasana hangat di tengah hujan deras yang mengguyur Ubud.
Setelah itu, peserta mulai memilih pakaian di rak-rak yang disediakan. Beberapa mencocokkannya di cermin, sementara yang lain langsung mencobanya. Interaksi antarpeserta pun akrab, saling memberi afirmasi dan komentar positif.
“Ternyata baju ini baju muslimah. Tidak apa, saya seperti orang wellness,” celetuk Dian, salah satu peserta yang mencoba outer hitam.
Menurut Cinthya, tantangan terbesar justru datang dari keterlibatan peserta pria yang masih minim. Meski konsep swap disesuaikan dengan kultur daerah masing-masing, kegiatan ini masih banyak diminati kaum perempuan.
Eva, peserta asal Ubud yang telah lima tahun tinggal di sana, merasa senang dengan hadirnya acara ini.
“Saya senang akhirnya ada kegiatan ini di Bali. Suka aja saya declutter (menyortir pakaian tidak terpakai). Tapi, kemarin-kemarin saya donasikan ke Smile Shop. Kalau ada yang seperti ini lagi, saya mau ikutan,” ujarnya.
Hingga acara ditutup sekitar pukul 16.00 Wita, tidak semua pakaian berhasil diadopsi. Namun, Cinthya memastikan pakaian yang tersisa akan dibawa ke kota berikutnya sebagai bagian dari rangkaian acara swap day.