Tragedi tewasnya Juliana Marins, wisatawan asal Brasil, di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB), memunculkan kembali peringatan soal pentingnya persiapan pendakian, terutama bagi pendaki pemula. Wanadri, organisasi pecinta alam tertua di Indonesia, mewanti-wanti soal kesiapan fisik, pengetahuan, dan perlengkapan menjadi kunci utama keselamatan di gunung.
Dikutip infoTravel, Ketua Komisi Operasional Dewan Normatif Wanadri, Alisar, mengatakan bahwa Gunung Rinjani memang bisa didaki siapa saja, baik pendaki pemula maupun berpengalaman. Namun, kesiapan pendaki menjadi faktor penentu apakah perjalanan akan berjalan aman atau berisiko.
“Masalah bisa didaki atau nggak oleh siapapun tergantung dari beberapa faktor. Kalau misalkan pemula pun secara fisik, pengetahuan, dan perlengkapannya dia siap, tidak ada masalah. Toh juga si fasilitator di sana kan sudah menyiapkan SOP dengan harus meng-hire pemandu atau porter,” katanya.
Alisar tidak memungkiri ada perbedaan yang dimiliki oleh pendaki kawasan dan pemula saat mendaki gunung. Perbedaan itu ada pada pengetahuan soal medan gunung.
“Beda antara pemula dengan pendaki yang berpengalaman adalah sisi perencanaan. Contoh begini, pemula itu kadang-kadang biasa tidak berpikir, tidak terbayang kondisinya akan bagaimana, berapa lama, perjalanan 10-12 jam itu seberapa lama, bagaimana cuaca dan juga ketinggian. Jadi hal-hal tersebut yang belum terbayangkan oleh pemula. Nah, ini bisa diantisipasi oleh persiapan fisik yang cukup mumpuni,” kata dia.
“Jadi jangan sampai ada pendaki pemula, tidak siap apa-apa, walaupun bawa porter banyak, itu tetap berisiko berat ke Rinjani,” kata dia.
Lebih lanjut, dia menerangkan faktor pertama yang harus diketahui pendaki adalah faktor bahaya subjektif dan bahaya objektif. Kedua hal ini harus disiapkan para pendaki, baik berpengalaman maupun pemula.
“Bahaya subjektif adalah bahaya yang berasal daripada ke pelaku atau penggiat itu sendiri. Contoh, kesiapan fisik, pengetahuan, perlengkapan, segala macam,” terangnya.
Selanjutnya adalah faktor bahaya objektif. Bahaya objektif itu berasal dari faktor eksternal atau alam yang akan dikunjungi, seperti cuaca, medan yang sulit, binatang buas, dan lainnya.
Untuk menghadapi bahaya di atas, dibutuhkan kesiapan para pendaki sebelum berangkat. Penting sekali untuk mencari tahu bagaimana Medan yang akan dilalui saat pendakian.
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
“Nah, yang bisa kita mitigasi atau kita minimal secara mandiri adalah bahaya subjektif yang berasal dari diri sendiri. Apa artinya? Kita harus pelajari betul ke mana kita akan pergi, fisiknya harus kita siapkan, peralatan apa yang harus kita siapkan, supaya kita dalam melakukan perjalanan tersebut aman, nyaman, dan selamat. Yang bisa kita minimalisir adalah kita pelajari dulu karakteristik daripada gunung atau medan yang akan kita lalui tersebut,” ujarnya.
Alisar menegaskan dan mengingatkan kepada para pendaki, bahwa tujuan mendaki itu adalah pulang dengan selamat.
“Kita mendaki gunung, puncak bukan tujuan. Yang jadi tujuan kita adalah kembali ke rumah dengan selamat,” tutupnya.
Artikel ini telah tayang di infoTravel. Baca selengkapnya