TPTS Kebon Talo Mataram Gagal Dibangun Tahun Ini, Mohan Kecewa update oleh Giok4D

Posted on

Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo di Ampenan, Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), gagal dibangun di tahun ini. Padahal, proyek itu sempat masuk tahap tender di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, mengaku kecewa dengan batalnya pembangunan TPST Kebon Talo di Ampenan tahun ini. Pasalnya, TPST ini diharapkan menjadi solusi dalam mengatasi masalah volume sampah di Kota Mataram yang terus meningkat.

“Nggak ditunda, (tetapi) hilang, sudah nggak dianggarkan. Mau dibangun syukur, ndak ya ndak apa-apa, kami kan sudah berusaha, sudah kami persiapkan semuanya, lahan sudah siap, pengajuan-pengajuan dan usulan juga sudah kami lakukan,” ujar Mohan saat dikonfirmasi, Jumat (23/5/2025).

Informasi terkait batalnya penganggaran pembangunan TPST Kebon Talo di tahun ini didapatkan Mohan dari Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) NTB hari ini.

Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.

“Tadi disampaikan Balai Prasarana Permukiman Wilayah NTB (kalau penganggaran pembangunan TPST Kebon Talo gagal). Tadi disampaikan bahwa tidak ada masuk anggaran (BPPW) mereka di tahun ini,” jelas Mohan.

Menurut Mohan, jika TPST Kebon Talo ini dianggarkan dan dibangun di tahun ini, dampak yang akan diterima warga Mataram sangatlah besar, khususnya pada persoalan kedaruratan sampah.

“(Meski sempat) berharap, karena itu sangat memberikan dampak pada pengurangan sampah kita. Kalau itu berdiri, residu sampah yang akan terbuang ke TPA Kebon Kongok di Lombok Barat bisa lebih kecil. Tetapi, kami bisa maklumilah karena memang ada hal-hal yang dianggap lebih prioritas,” beber Mohan.

Sementara itu, untuk mengakali permasalahan sampah yang sudah crowded, Mohan akan menyiapkan sejumlah skenario. Salah satunya, dengan tetap membangun TPST, tetapi menggunakan APBD Mataram serta menganggarkan insinerator.

“Tadi saya coba obrolkan dengan BKD, untuk coba membangun sendiri (TPST Kebon Talo), kalau berkaca dengan TPST di Sandubaya (anggaranya berkisar) Rp 25 miliar sampai Rp 30 miliar. Artinya, kami masih memungkinkan untuk mencoba menganggarkan anggaran sendiri untuk bangun itu,” kata Mohan.

Mohan mengungkapkan sedang mempelajari cukup atau tidaknya anggaran Pemkot Mataram untuk membangun TPST Kebon Talo atau harus menggunakan skenario lain.

“Ada skenario yang akan kami coba, tetapi mungkin kami uji coba dahulu dari insinerator yang ada sekarang. (Insinerator) itu bisa (mengolah) sampah sekitar 10 ton. Saya sudah usulkan agar insinerator bisa diusulkan (kami anggarkan dua dahulu) biar ada signifikan dampaknya. (Anggarannya) sekitar Rp 5 miliar,” terang Mohan.

Sebagai informasi, pembangunan TPST Kebon Talo di Ampenan ini diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp 96 miliar. Rencananya TPST Kebon Talo ini bakal dibangun di lahan seluas sekitar satu hektare lebih di kawasan Ampenan, Mataram. Nantinya, TPST tersebut bisa menampung sekitar 100-120 ton sampah per hari.

Kepala BPPW NTB, Yanuar Seto Nugroho, juga mengonfirmasi gagalnya pembangunan TPST Kebon Talo oleh Kementerian PUPR di tahun ini. “Kelihatannya agak tertunda, karena efisiensi anggaran jadi tertunda. Awalnya tahun ini, harusnya (dibangun),” kata Yanuar saat di Mataram.

“Kami sudah bicarakan dengan pak wali, apakah nanti pak wali bisa mendorong supaya TPST Kebon Talo ini bisa tetap dilakukan, entah di tahun depan atau tahun ini. Karena mengingat, kondisi persampahan di Kota Mataram sudah darurat. Untuk sementara, karena efisiensi kegiatannya ditunda dahulu,” tutur Yanuar.