TNGR dan FMI Gandeng Jerman Latih 20 Rescuer di Rinjani

Posted on

Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) bersama Federasi Mounteneering Indonesia (FMI) menggandeng salah satu lembaga yang fokus pada mounteneering asal Jerman untuk memberikan pelatihan dan sertifikasi terkait pembentukan tim evakuasi seusai insiden Juliana Marins jatuh hingga meninggal di Gunung Rinjani.

Kepala Balai TNGR Yarman mengatakan ada 20 orang yang akan mendapatkan pelatihan rescue atau penyelamatan dari instruktur FMI bersama lembaga internasional asal Jerman. Pelatihan itu dilakukan untuk mempercepat proses evakuasi jika ada insiden di Gunung Rinjani.

“Jadi sertifikasi petugas rescue kita ini akan bekerjasama jika ada kecelakaan di Rinjani,” kata Yarman saat diskusi bersama empat perwakilan FMI di kantor Balai TNGR, Senin sore (14/7/2025).

Berdasarkan hasil penelitian yang dikeluarkan oleh FMI, model jalur pendakian Gunung Rinjani termasuk trek yang cukup berbahaya. Maka, kata dia, perlu ada tim rescue yang stand by di Balai TNGR.

“Kita juga sudah merencanakan workshop pembahasan perubahan standar operasional prosedur (SOP) pendakian di Rinjani,” ujarnya.

Menurut Yarman, 20 orang yang akan mendapatkan pelatihan rescue dari lembaga asal Jerman bersama FMI itu diutamakan warga lingkar Gunung Rinjani, polisi hutan, anggota Search and Rescue (SAR), termasuk relawan evakuasi.

“Tentu orang-orang yang dekat dengan Rinjani. Karena di saat-saat tertentu kita membutuhkan biar bisa gerak cepat,” ujarnya.

Menurut Yarman, tim rescue yang akan dilatih ini tetap berada di bawah dan kendali tim SAR. Dia juga mempersilakan Agam Rinjani untuk ikut terlibat dalam pelatihan rescue tersebut. Agam merupakan salah satu relawan yang mengangkat tubuh Juliana Marins ke atas.

“Agam diundang? Kami lihat nanti kalau mau kami masukkan. Kami sampaikan karena dia berpengalaman. Kalau untuk porter dan guide nanti dulu karena kami fokus ke tim rescue yang terlatih dan bersertifikat,” tegasnya.

Yarman mengatakan 20 orang yang akan dilatih oleh lembaga asal Jerman ini diharapkan bisa menyalurkan ilmunya kepada tim relawan dan pendaki lainnya untuk memberikan pelatihan sesudah mendapatkan sertifikat.

“Untuk dana ini kami akan bicarakan khusus tentang itu. Bisa saja ini didanai dari asuransi di TNGR dan skema lainnya. Intinya kami akan carikan polanya,” ujarnya.

Khusus porter dan guide, Yarman berujar, akan diberikan pelatihan khusus dan akan diberikan sertifikat pemandu dari Pemprov NTB. “Ya, kami akan berikan pelatihan khusus sertifikasi guide dan porter itu. Target kita nanti berapa nanti kami bahas,” tutur Yarman.

Pengurus FMI Pusat Gatot Wisnu Wiryawan mengatakan pelatihan rescue dan pemberian sertifikat ini akan dilakukan oleh salah lembaga internasional di Jerman. Seluruh tim yang bergabung akan melakukan uji kompetensi, peningkatan kompetensi, dan latihan untuk calon para penyelamat di Gunung Rinjani.

“Jika melihat kondisi Rinjani, tim ini sangat diperlukan. Kami sebagai mitra mendorong hal itu dan mengakomodasi itu,” katanya.

Wisnu mengatakan tim penyelamat Rinjani ini akan dilatih oleh tim di lembaga yang bergerak di bidang mounteneering asal Jerman. Untuk mendukung itu, FMI juga akan menerjunkan lima instruktur yang sudah mendapatkan sertifikat internasional.

“Kami targetkan pelatihan dan pemberian sertifikasi ini akan dilaksanakan pada akhir bulan Juli 2025. Semoga bisa sebelum Agustus dilaksanakan,” katanya.

Wisnu menyampaikan syarat yang boleh mengikuti pelatihan dan sertifikasi ini harus memiliki kemampuan dasar tentang mounteneering. Calon peserta juga minimal pernah sebagai anggota Potensi SAR atau pernah melakukan kegiatan SAR sebelumnya.

“Itu menjadi kriteria utama mengikuti kompetensi tersebut. Kami berharap ini tidak dari nol lagi tapi memang orang yang memiliki kapasitas sebelumnya,” tandas Wisnu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *