Abdul Haris Agam, relawan SAR yang mengevakuasi jenazah Juliana Marins, tak kuasa menahan tangis saar menyampaikan permintaan maaf karena tak bisa menyelamatkan wisatawan asal Brasil itu dari jurang Gunung Rinjani. Juliana ditemukan tewas di jurang curam sedalam 600 meter.
Permintaan maaf Agam disampaikan lewat rekaman video kepada seorang perempuan yang diduga keluarga Juliana. Keduanya sempat berkomunikasi melalui siaran langsung di Instagram. Video itu kemudian viral di media sosial.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Minta maaf karena tidak bisa membawa Juliana pulang dengan selamat, karena kondisi medan yang berat dan terlalu jauh ke bawah,” kata Agam dalam video yang diunggah akun X @aingrewhuy.
Dalam video tersebut, Agam juga menjelaskan bahwa banyak wisatawan sebelumnya mengalami kecelakaan serupa di Rinjani karena jalur pendakian yang curam dan berbahaya.
“Sudah banyak di Rinjani, memang susah hidup ketika terjatuh di lubang-lubang (jurang) itu semua karena terlalu curam,” ujar Agam.
Perempuan yang diduga keluarga Juliana tampak menangis saat mendengar permintaan maaf Agam. Ia mengusap air mata dan berterima kasih kepada Agam serta tim SAR menggunakan bahasa Brasil.
Hingga Kamis sore (26/6), video percakapan itu telah dibagikan ulang sebanyak 730 kali dan ditonton lebih dari 448 ribu kali. Sosok Agam pun menjadi sorotan warganet atas perjuangannya mengevakuasi jenazah Juliana dari kedalaman 600 meter di jurang Rinjani.
Juliana Marins dilaporkan terjatuh ke jurang saat mendaki puncak Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun, Sabtu (21/6/2025). Lokasi jatuhnya berada di kawasan Cemara Tunggal.
Proses pencarian sempat terkendala cuaca ekstrem dan kabut tebal. Pada Senin (23/6), tim SAR mendeteksi keberadaan Juliana di kedalaman sekitar 500 meter dari titik awal jatuh. Namun, evakuasi terhambat kondisi medan yang terjal.
Juliana akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Selasa (24/6) di kedalaman 600 meter dari titik Lost Known Position (LKP). Keluarga Juliana kemudian meminta proses autopsi untuk mengetahui waktu kematiannya.
Jenazah Juliana tiba di Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM), Denpasar, Kamis (26/6) pukul 21.32 Wita. Jasadnya diantar dari RS Bhayangkara Mataram, menggunakan ambulans dengan pengawalan mobil PJR Polda NTB. Tak terlihat satu pun anggota keluarga yang mendampingi saat jenazah tiba di RSBM.
“Rencananya, malam ini kami lakukan autopsi dan dokumen-dokumen yang diperlukan,” kata Dokter Forensik RSBM, Ida Bagus Alit, di kamar jenazah RSBM.
Alit menyebutkan autopsi akan dilakukan pada bagian kepala, dada, dan perut. Pemeriksaan tambahan juga dilakukan pada permukaan tubuh untuk mengungkap waktu dan penyebab kematian.
“Durasi rata-rata autopsi itu satu jam hingga dua jam,” ujarnya.
Hasil autopsi akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut. Menurut Alit, jika terdapat temuan kasat mata, pihaknya bisa langsung menyusun dokumen awal.
“Jadi, hasil (autopsi) tergantung nanti. Kalau ada pemeriksaan tambahan dan temuan-temuan yang kasat mata, sudah bisa kami buatkan dokumennya secara langsung,” jelasnya.
“Nanti setelah ada hasil laboratoriumnya, itu (hasil) yang pasti,” pungkas Alit.