Warga Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah sepekan kesulitan mendapatkan LPG 3 kilogram alias gas melon. Padahal beberapa hari lalu stok mulai normal, namun kembali langka.
Pantauan infoBali di beberapa warung pengecer, stok gas melon kosong. Sekalinya ada, gas melon tersebut langsung diburu warga dalam hitungan jam. Di tengah stok yang kian menipis, beberapa warung pengecer menaikkan harga LPG 3 kilogram tersebut hingga Rp 25 ribu per tabung.
“Kalau sebelum langka, harganya Rp 19 ribu per tabung. Tadi pagi saya beli Rp 22 ribu per tabung. Mau nggak ya kami beli. Soalnya sudah dua hari ini, gas kosong di warung-warung. Terpaksa kita beli makanan jadi, karena tidak ada gas,” kata Wayan Budiasih, warga Kota Mataram, pada infoBali, saat ditemui di salah satu warung di Pagesangan, Kota Mataram, Jumat (20/6/2025).
Budiasih menuturkan, untuk mendapatkan gas, ia harus memesan jauh-jauh hari kepada pemilik warung pengecer.”Banyak yang beli juga, jadi biar aman pesan lebih dulu. Soalnya, setiap mobil yang bawa gas datang, pasti hitungan jam sudah habis dibeli orang,” jelasnya.
Herman, salah satu warga Jempong, Kota Mataram mengaku sampai harus menunggu truk gas yang biasa menurunkan LPG 3 kilogram di beberapa warung pengecer di Jempong.
“Kalau biasanya, gas habis, tinggal beli saja ke warung. Tapi sekarang pagi-pagi sebelum ke kantor saya tungguin truk gas turunin gas di warung,” ucapnya sambil tertawa.
Menanggapi keluhan warga, Plh Kepala Dinas Perdagangan melalui Kepala Bidang Bahan Pokok dan Penting (Bapokting), Sri Wahyunida menjelaskan, pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Pertamina Patra Niaga pada Kamis (19/6/2025).
“Kami sudah berkoordinasi dengan PT Pertamina Patra Niaga (terkait aduan ini), kami minta untuk dilakukan ekstra droping untuk penambahan droping ke beberapa agen untuk melakukan pengisian di semua pangkalan yang ada di Kota Mataram,” kata Nida, saat dikonfirmasi di Mataram, Jumat.
Nida menuturkan, ekstra dropping LPG 3 kilogram sudah dilakukan pihak Pertamina sejak 13 Juni lalu. Mengingat, kebutuhan masyarakat pada gas melon masih tinggi.
“Kami sudah tindak lanjuti dari ekstra droping ini dengan cara melakukan survei ke beberapa pangkalan, tapi pada kenyataannya pengurangan pasokan masih terjadi di beberapa pangkalan. Sebenarnya, pangkalan ini terisi semua, tapi masyarakat masih kelihatan panik buying. Sehingga menyebabkan permintaan (gas melon) masih tinggi,” beber Nida.
Menurut Nida, menipisnya stok gas melon di sejumlah warung pengecer di Mataram terjadi karena permintaan masyarakat yang masih tinggi. Serta kemunculan pengecer baru yang banyak bermunculan.
“Ada indikasi pengecer baru yang banyak bermunculan, sehingga menimbulkan banyak permintaan dan harga tidak dapat dikontrol dari pengecer satu ke pengecer berikutnya. Inilah kondisi yang kami temukan di lapangan,” tandasnya.