Presiden ke-2 RI, Soeharto, ditetapkan sebagai pahlawan nasional. Siti Hediati Hariyadi alias Titiek Soeharto, mengeklaim tak ada campur tangan Keluarga Cendana dalam penetapan ayahnya sebagai pahlawan nasional.
“Tidak ada itu (campur tangan Keluarga Cendana). Buat kami, diberi gelar atau tidak, bapak adalah pahlawan buat kami,” kata Titiek di Kantor Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Mataram, Rabu (12/11/2025).
Titiek juga menjawab santai soal pro-kontra penetapan Soeharto sebagai pahlawan nasional. Mantan istri Presiden Prabowo Subianto itu mengeklaim mayoritas masyarakat Indonesia menginginkan Soeharto dinobatkan sebagai pahlawan.
“Pro kontra boleh-boleh saja, nggak apa-apa. Saya rasa ini negara demokrasi, mau pro mau kontra, tetapi yang penting masyarakat banyak, mayoritas rakyat Indonesia, menginginkan bahwa Presiden ke-2 Republik Indonesia mendapat penghargaan, dihargai,” klaim Titiek.
Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI itu menjelaskan pemberian gelar pahlawan kepada Soeharto sudah sangat jelas dan terang tanpa ada keraguan dari Prabowo. “Ndak perlu kita ragukan lagi,” terangnya.
Anak keempat Soeharto mengatakan banyak bekas pembangunan dan program yang ditinggalkan bapaknya seusai dilengserkan pada Mei 1998. Satu program Soeharto yang masih ditemui di NTB adalah padi gogo rancah atau sistem penanaman yang menggabungkan metode padi sawah dan ladang.
Selain itu, selama Soeharto menjadi presiden, Titiek berujar, banyak membangun bendungan di NTB. Walhasil, Titiek mengeklaim, NTB yang dahulunya daerah kering, kini menjadi subur berkat program Soeharto.
“Pembangunan bendungan di NTB banyak. Dahulunya daerah kering jadi daerah subur, jadi lumbung padi, pabrik-pabrik dan sebagainya,” ujar Titiek.
Apa yang ditinggalkan Soeharto, Titiek berujar, memang masih dirasakan oleh mayoritas masyarakat, terutama di NTB. Menurutnya, banyak masyarakat menginginkan Soeharto dapat gelar pahlawan nasional.






