Rahajeng rahina Soma Ribek! Soma Ribek merupakan salah satu hari suci bagi umat Hindu di Bali yang dirayakan setiap enam bulan sekali, tepatnya pada Senin atau Soma Pon Sinta. Soma Ribek juga kerap diidentikkan sebagai Senin penuh anugerah.
Umat Hindu kembali merayakan Soma Ribek pada Senin, 8 September 2025. Soma Ribek diperingati dua hari setelah Hari Suci Saraswati atau sehari setelah Banyu Pinaruh.
Setelah ilmu pengetahuan diturunkan saat Saraswati, tahap berikutnya dilanjutkan dengan pembersihan diri atau penyucian pikiran dengan melukat saat Banyu Pinaruh. Setelah itu, tibalah Soma Ribek yang dimaknai sebagai hari penuh karunia atau amertha.
Simak serba-serbi Soma Ribek, dari makna hingga tradisi perayaannya di Bali seperti dirangkum infoBali dari berbagai sumber berikut ini.
Soma Ribek sering diidentikkan sebagai Hari Pangan ala Hindu Bali. Pada hari ini, umat Hindu di Bali disadarkan tentang betapa pentingnya pangan dalam kehidupan. Soma Ribek menjadi momen untuk berterima kasih kepada Sang Pencipta atas karunia pangan yang melimpah.
Secara bahasa, Soma Ribek dimaknai sebagai Senin penuh anugerah atau hari yang penuh karunia (amerta). Pada hari ini, umat Hindu memuja Sang Hyang Sri Amrta yang bersemayam di lumbung (tempat penyimpanan padi).
Soma Ribek masih berkaitan dengan Hari Suci Saraswati yang diperingati dua hari sebelumnya. Jika Saraswati merupakan hari turunnya ilmu pengetahuan, maka Soma Ribek menjadi momentum untuk mengingat bahwa ilmu pengetahuan seharusnya digunakan dengan bijak untuk kemakmuran.
Perayaan Soma Ribek setiap Soma Pon Sinta juga memiliki makna tersendiri. Soma atau Senin berkaitan dengan Sang Hyang Wisnu yang perwujudannya sebagai air (udaka) menjadi amerta pawitra.
Pon berkaitan dengan Sang Hyang Mahadewa dalam perwujudannya sebagai apah (marutha) menjadi amerta kundalini. Wuku Sinta berkaitan dengan Sang Hyang Yama yang perwujudannya sebagai api (agni) menjadi amerta kundalini. Ketiga amerta tersebut dibutuhkan oleh kehidupan semua makhluk.
Masing-masing daerah di Bali memiliki tradisi yang berbeda untuk merayakan Soma Ribek. Beberapa daerah menggelar prosesi Widhi Widhana sebagai bentuk penghormatan terhadap beras dan padi di lumbung. Prosesi ini sekaligus mengadakan pemujaan terhadap Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan.
Sementara itu, masyarakat yang tidak memiliki jineng (lumbung padi) akan menggelar upacara penghormatan untuk beras yang dimilikinya di rumah. Adapun sarana upacara yang disiapkan berupa banten Soma Ribek.
Banten Soma Ribek biasanya tertata dalam sebuah ceper, diisi dengan bantal, tape, tebu, raka-raka, dan canang. Selain itu, ada juga tangkih yang terdiri dari jaja kukus putih kuning, rerasmen, dan tipat sari.
Umat Hindu di Bali menjadikan Soma Ribek sebagai momentum untuk memohon keselamatan dan rezeki serta sebagai ungkapan syukur atas pangan maupun kemakmuran. Selamatan pada Hari Soma Ribek kepada Bhatari Sri juga ditujukan agar hasil panen berikutnya lebih baik.
Soma Ribek disandingkan sebagai hari pangan menurut tradisi Hindu di Bali. Hal ihwal tentang Soma Ribek tertulis dalam Lontar Sundarigama yang menyebutkan:
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
“Iang wang tan wenang anumbuk pari, angadol beras, katemah dening Bhatara Sri. Pakenania wenang ngastuti Sang Hyang Tri Pramana. Angisep sari tatwa adnyana, aje aturu ring rahinane.”
Artinya, orang-orang tidak diperkenankan menumbuk padi maupun menjual beras saat Soma Ribek. Sebab, hari itu merupakan hari pemujaan terhadap Dewi Sri sehingga aktivitas pertanian dihentikan sejenak.
Ada pula pantangan menumbuk padi dan menjual beras saat Soma Ribek. Sebab, Soma Ribek merupakan hari pemujaan terhadap Dewi Sri sehingga aktivitas pertanian dihentikan sejenak.
Beberapa daerah memiliki tradisi untuk tidak mengetam padi, nyosoh (nyelip) gabah, memetik buah-buahan atau sayuran, serta menjual hasil pertanian utamanya bahan pangan saat Soma Ribek. Bahkan, ada juga yang berpantang memberi atau meminta bahan pangan kepada orang lain.