Beberapa warga Desa Sambangan, Sukasada, Buleleng, mengaku senang bisa menikmati listrik yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Muara Panji.
Awalnya, beberapa wilayah pelosok di Desa Sambangan tidak teraliri listrik. Pada 2013, warga kerap gotong-royong di sungai untuk membuat kincir air agar dapat menghasilkan listrik, meskipun dayanya sangat rendah.
Oleh sebab itu, dibangunlah PLTMH Muara Panji pada 2016 di dataran tinggi desa tersebut yang merupakan wilayah sulit listrik. Sudah hampir 10 tahun warga Sambangan telah menikmati listrik dari hasil PLTMH itu.
“Dulu warga bikin kincir sendiri, ada sungai dibuatkan kincir. Paling 5-10 orang, tapi itu kan listrik kotor, pemeliharaannya lama,” kata warga Sambangan, I Nyoman Sumerta, saat ditemui di PLTMH Muara Panji, Kamis (22/5/2025).
Sumerta menuturkan dulu ketika warga yang belum menerima aliran listrik tidak pernah memakai barang elektronik seperti kulkas, setrika dan lainnya.
“Sekarang sudah mengenal ada kulkas sekarang tahu dulu mana tahu, terus sudah bisa menyetrika, dulu nggak ada karena nggak ada listrik,” ungkap dia.
Sumerta mengaku terdapat puluhan KK yang tidak mendapatkan aliran listrik kala itu.
infoBali bersama Institute for Essesential Service Reform (IESR) berkesempatan mengunjungi PLTMH Muara Panji. Di sana ditunjukkan bagaimana pengolahan air menjadi listrik yang disalurkan melalui PLN.
Di lokasi, pegawai menggunakan seragam proyek berwarna-warni dengan helm warna kuning saat bekerja. Mereka memantau melalui sistem terkait tekanan air dan generator yang mengolah air itu menjadi energi listrik.
Prosesnya melalui sungai yang berada di dua desa yakni Desa Sambangan dan Panji, untuk ditampung di waduk milik pengelola PLTMH Muara Panji.
Dari waduk yang berkapasitas 850 meter kubik itu dipasang pipa penyambung sepanjang 526 meter ke PLTMH untuk diproses melalui generator. Dua generator disiapkan dengan kapasitas maksimal 2.300 kW.
“Dengan daya dorongan gravitasinya itu memutar generator, di situ menghasilkan listrik,” kata Site Manager PT Panji Moraraya, Salim Warisman.
Kemudian, listrik tersebut diterima oleh travo yang ada di PLTMH untuk bisa disambungkan ke PLN. Meski begitu, PLTMH Muara Panji sangat bergantung pada debit air di sungai.
Salim bercerita bahwa pada 2020 sempat mengalami kekeringan sungai hingga kapasitas yang diterima PLTMH hanya 420 kW saja.
“Kita ini kan tergantung ke air. Kalau airnya cukup mungkin sesuai kapasitas turbin kami 2.300,” sebutnya.
Koordinator Riset Kelompok Data dan Permodelan IESR, Pintoko Aji mengatakan ada 31 lokasi lain di Indonesia yang akan mengikuti jejak PLTMH Muara Panji.
“31 lokasi lainnya berpotensi secara teknis untuk mengikuti jejak PLTM Panji Muara untuk dieksplorasi dan dikembangkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan bauran energi terbarukan di sistem ketenagalistrikan Bali,” kata Pintoko.