Jalur dari Desa Sekaan menuju Desa Bonyoh, Kecamatan Kintamani, Bangli, ramai diperbincangkan setelah unggahan akun media sosial Halo Bangli menunjukkan kondisi jalan yang dipenuhi sampah. Sampah yang meluber ke badan jalan itu dikeluhkan karena mengganggu pengguna jalan dan warga sekitar.
Pantauan infoBali di lokasi, Senin (5/5/2025), menunjukkan sisi selatan jalan yang dikelilingi pohon bambu itu dipenuhi tumpukan sampah. Ada sampah sayuran kebun, plastik kresek, hingga keranjang ulatan. Sebagian sampah sudah menghitam, namun kondisinya tidak sampai menutupi seluruh badan jalan.
Perbekel Desa Sekaan, I Wayan Muspa, mengakui tumpukan sampah itu terjadi karena kekosongan petugas kebersihan. Ia menjelaskan, empat orang petugas sebelumnya memilih mundur sejak Februari 2025 karena gaji harian yang dianggap terlalu rendah, yakni Rp 120 ribu per hari.
“Kendalanya kemarin petugas pemungutnya mengundurkan diri pada Februari. Karena tidak ada tenaga kerja yang mau dengan gaji Rp 120 ribu per hari. Tuntutannya gaji naik, tapi pemerintah desa tidak bisa (akomodasi) karena anggarannya sudah ditetapkan 31 Desember 2024 dan tidak bisa diubah di tengah jalan. Kami tidak berani kasih lebih dari anggaran,” kata Muspa saat ditemui infoBali.
Muspa mengatakan anggaran desa baru bisa diubah pada Oktober mendatang menggunakan dana desa. Saat ini, pihaknya masih berupaya mencari tenaga kebersihan baru dengan skema pembayaran gaji yang sama, yakni Rp 120 ribu per hari, dipotong iuran BPJS sebesar Rp 17 ribu.
Muspa menambahkan, lokasi pembuangan sampah di jalur tersebut telah digunakan sejak 2016, jauh sebelum ia menjabat sebagai perbekel. Tempat tersebut merupakan lokasi pembuangan milik desa adat yang disepakati warga.
Masalah muncul karena tidak ada petugas yang mengangkut sampah dari lokasi tersebut sehingga menyebabkan sampah meluber ke jalan.
Pemerintah desa sudah mengangkut sampah yang meluber ke jalan menggunakan dana yang baru dicairkan bulan ini dari dana bagi hasil pajak daerah.
“Kewalahannya karena anggaran manten (saja). Kadang kita mau melakukan pembersihan, anggaran belum bisa dicairkan dari kabupaten karena dana dari bagi hasil pajak belum tersedia. Menunggu dulu, beda kalau sudah ditransfer,” ujar Muspa.
Pengelolaan sampah di Bangli saat ini masih menggunakan sistem angkut dan buang ke TPA. Pemerintah desa belum bisa menjalankan pengelolaan berbasis sumber sebagaimana arahan Gubernur Bali Wayan Koster.
Jika petugas kebersihan baru sudah tersedia, Muspa berencana mengoptimalkan pemilahan sampah di TPS3R serta menyebarkan pamflet ke rumah-rumah warga terkait jadwal penyetoran sampah berdasarkan jenisnya.
Pemerintah desa juga membuka kemungkinan melakukan penunjukan langsung untuk pengisian tenaga kebersihan, di samping pengumuman lowongan melalui media sosial dan sangkep (rapat) desa. Petugas yang ditunjuk oleh desa adat kemungkinan akan menerima kompensasi tertentu.