Ratusan siswa di Nusa Tenggara Timur (NTT) diduga keracunan setelah mengonsumsi hidangan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program unggulan Presiden Prabowo itu dinilai lemah dari pengawasan sehingga banyak siswa yang mengalami keracunan.
“Masih terjadinya kasus keracunan MBG menunjukkan masih lemahnya pengawasan,” kata Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Yahya Zaini, kepada wartawan, Kamis (24/7/2025) dilansir dari infoNews.
Yahya menilai Badan Gizi Nasional (BGN) belum mempunyai standard operational procedure (SOP) untuk melakukan pengawasan program MBG. Padahal, BGN sudah sering diingatkan supaya memperketat pengawasan dengan melibatkan lembaga lain, seperti pemerintah daerah (pemda), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) hingga sekolah.
Yahya mendorong BGN membentuk satuan tugas (satgas) pengawasan untuk mengawasi pelaksanaan program MBG. Menurutnya, penting bagi BGN untuk memperketat pengawasan agar kasus keracunan tidak terus berulang.
“Apalagi ke depan makin masif pembentukan SPPG. Seharusnya, BGN memperketat pengawasan supaya kasus keracunan tidak terjadi lagi, zero accident,” ujar Yahya.
Berdasarkan hasil monitoring di lapangan, Yahya tidak melihat adanya pihak yang melakukan pengawasan terhadap MBG. Ia mendorong adanya sistem pengawasan yang berkolaborasi dengan pihak terkait.
“Kita tahu BGN tidak punya SDM untuk melakukan pengawasan, makanya perlu kolaborasi. Saya monitor di lapangan belum ada kerja sama dengan pihak lain untuk melakukan pengawasan,” ujar Yahya.
Yahya menyarankan SPPG lokasi siswa di Kupang yang keracunan untuk dihentikan sementara operasionalnya sampai ada pembenahan.
“Terhadap lokasi yang terjadi keracunan seharusnya SPPG-nya dihentikan terlebih dahulu sampai ada jaminan perbaikan. Sampai benar-benar ada pembenahan secara menyeluruh dalam proses pembuatan makanannya,” pinta Yahya.
Diberitakan sebelumnya, program MGB yang diharapkan menyehatkan justru menjadi petaka bagi ratusan siswa di NTT. Sebanyak 215 pelajar dari dua kabupaten dilaporkan mengalami gejala keracunan.
Siswa itu tersebar di Kota Kupang dan Sumba Barat Daya. Mayoritas siswa mengalami mual dan muntah hingga akhirnya dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Wakil Kepala Kepolisian Daerah (Wakapolda) NTT, Brigjen Baskoro Tri Prabowo, mengecek kondisi siswa-siswi korban keracunan yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Samuel Kristian (SK) Lerik, Kota Kupang, Rabu (23/7/2025). Siswi SMPN 8 Kupang itu diduga keracunan setelah mengonsumsi hidangan program MBG.
“Tadi kami melakukan kunjungan langsung ke RSUD SK Lerik Kota Kupang untuk melihat secara langsung kondisi para siswa SMP Negeri 8 Kupang yang mengalami gejala sakit secara massal,” ujar Baskoro kepada infoBali.
Baskoro mengungkapkan Polda NTT sangat prihatin atas kejadian itu. Ia menyatakan Polda NTT berkomitmen untuk mendampingi proses pemulihan para siswa serta mengawal penyelidikan penyebabnya.
“Kami dari Polda NTT sangat prihatin dengan kejadian yang menimpa adik-adik di SMP Negeri 8 Kupang. Kami telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan, dinas pendidikan, dan rumah sakit untuk memastikan penanganan medis berjalan dengan baik,” jelas Baskoro.
Baskoro mengatakan penyebab keracunan massal tersebut sedang dalam tahap penyelidikan. Menurutnya, dugaan sementara mengarah pada keracunan makanan, tetapi belum bisa disimpulkan secara pasti karena masih menunggu hasil uji laboratorium.
“Penyelidikan juga terus kami lakukan untuk mengetahui penyebab pasti dari keracunan massal itu,” terang Baskoro.
Baskoro mengimbau orang tua dan sekolah untuk tetap tenang. Ia meminta masyarakat agar memercayakan proses penyelidikan itu kepada polisi. Ia menegaskan insiden itu menjadi pengingat dan pentingnya pengawasan terhadap makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh siswa.
“Kami berharap kejadian ini menjadi evaluasi bersama agar tidak terulang di masa mendatang. Kami juga bekerja sama dengan tenaga medis dan laboratorium untuk mencari tahu penyebab utamanya,” kata Baskoro.
Baskoro menambahkan pengecekan itu merupakan respons cepat Polda NTT atas insiden yang terjadi pada Selasa pagi (22/7/2025). Ratusan siswa SMPN 8 Kupang kala itu secara mendadak mengeluhkan sakit perut, mual hingga diare.
Para siswa tersebut kemudian dilarikan ke tiga rumah sakit di Kota Kupang untuk mendapatkan penanganan medis secara intensif. Adapun rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Siloam, Rumah Sakit Mamami, dan RSUD SK Lerik Kupang.
“Berdasarkan data sementara, Rumah Sakit Siloam merawat 45 siswa, Rumah Sakit Mamami merawat 65 siswa, dan RSUD SK Lerik merawat 18 siswa. Seluruh pasien didiagnosa mengalami gejala sakit perut, mual, dan diare,” jelas Baskoro.