China menuding Amerika Serikat (AS) selalu mengganggu stabilitas kawasan. Protes keras itu merupakan buntut tudingan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth yang menyebut potensi ancaman yang ditimbulkan China di kawasan Indo-Pasifik.
Dilansir dari infoNews, Pete Hegseth mulanya menyampaikan pernyataan tentang China dalam forum keamanan tahunan di Singapura pada Sabtu (31/5/2025). Kepala Pentagon itu memperingatkan bahwa China bersiap menggunakan kekuatan militer untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Asia.
“Ancaman yang ditimbulkan China itu nyata dan bisa jadi segera terjadi,” kata Hegseth saat Dialog Shangri-La yang dihadiri oleh para pejabat pertahanan dari seluruh dunia.
Pernyataan itu juga disampaikan saat pemerintahan Presiden AS Donald Trump berseteru dengan Beijing terkait perdagangan, teknologi, dan pengaruh atas sudut-sudut strategis dunia. Sejak menjabat kembali pada Januari lalu, Trump telah melancarkan perang dagang dengan China.
Tak hanya itu, AS berupaya membatasi aksesnya ke teknologi AI (kecerdasan buatan) utama. AS juga berupaya meningkatkan hubungan keamanan dengan sekutu seperti Filipina, yang terlibat dalam eskalasi sengketa teritorial dengan Beijing.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Sontak, pernyataan AS itu menyulut protes keras dari China. Beijing menuding ucapan Pete provokatif dan bertujuan untuk memecah belah.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China menyebut Pete Hegseth telah mengabaikan seruan negara-negara di kawasan untuk perdamaian. Ia menilai sikap AS justru mempromosikan mentalitas perang dingin.
“Dia menjelekkan Tiongkok dengan tuduhan yang mencemarkan nama baik, dan secara keliru menyebut Tiongkok sebagai ‘ancaman’. Pernyataannya penuh dengan provokasi dan dimaksudkan untuk memecah belah. China sangat menyesalkan dan dengan tegas menentangnya, serta telah melayangkan protes keras kepada AS,” demikian pernyataan Jubir Kemlu China, Minggu (1/6/2025).
China balik menuding AS menjadi faktor utama yang merusak perdamaian dan stabilitas di Asia-Pasifik. Hal itu dilakukan untuk mempertahankan hegemoni dan untuk menjalankan ‘Strategi Indo-Pasifik’.
Selain itu, China juga menyebut AS telah menempatkan senjata ofensif di Laut China Selatan. AS dinilai telah menyulut ketegangan dan menciptakan konflik di kawasan Asia-Pasifik.
“Masalah Taiwan sepenuhnya merupakan urusan dalam negeri China. Tidak ada negara yang berhak ikut campur. AS tidak boleh membayangkan dapat menggunakan masalah Taiwan sebagai alat tawar terhadap China. AS sama sekali tidak boleh bermain api dalam isu ini,” ujar keterangan Kemlu China.
“China mendesak AS untuk sepenuhnya mematuhi prinsip satu Tiongkok dan tiga komunike bersama Tiongkok-AS, serta berhenti mendukung dan menyemangati kekuatan separatis ‘kemerdekaan Taiwan’,” lanjut pernyataan tersebut.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth memperingatkan bahwa militer China sedang membangun kemampuan untuk menyerang Taiwan. Ia menyebut Beijing telah meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan dan mengadakan beberapa latihan skala besar di sekitar pulau itu.
“Amerika Serikat berorientasi kembali ke arah pencegahan agresi oleh China komunis,” kata Hegseth. Hal itu disampaikan kepala Pentagon tersebut di forum keamanan tahunan, Dialog Shangri-La, di Singapura, pada Sabtu (31/5).
Dia menyerukan kepada sekutu dan mitra AS di Asia untuk segera meningkatkan pertahanan mereka dalam menghadapi ancaman yang meningkat. Hegseth menuduh Beijing membahayakan nyawa dengan serangan siber, mengganggu negara-negara tetangganya, dan memiliterisasi wilayah secara ilegal di Laut China Selatan.
Hegseth juga mengeklaim China berencana menyerang Taiwan pada 2027 mendatang. Dia mengatakan pasukan militer China tengah membangun kemampuan, berlatih setiap hari, dan ‘berlatih untuk menghadapi situasi yang sebenarnya’.
“Kita tahu bahwa (Presiden China) Xi Jinping telah memerintahkan militernya untuk siap menyerang Taiwan pada tahun 2027. PLA (Tentara Pembebasan Rakyat) sedang membangun kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukannya dengan kecepatan yang sangat tinggi. PLA berlatih untuk itu, setiap hari. PLA sedang berlatih untuk menghadapi hal yang sebenarnya,” katanya, menurut transkrip dari Departemen Pertahanan AS.
Artikel ini telah tayang di infoNews. Baca selengkapnya