Kompol Cosmas Kaju Gae memiliki rekam jejak mentereng di Korps Bhayangkara sejak 1996. Ia merupakan pria asal Kampung Laja, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Ketua Ikatan Keluarga Ngada (Ikada), Sipri Radho Toly, menuturkan Cosmas pernah ditugaskan di daerah operasi yang sangat rawan. Di antaranya, Pasukan Garuda di Lebanon, Operasi Seroja di Timor-Timur sebelum merdeka. Kemudian, ditugaskan di Papua untuk menumpas Tentara Nasional Papua Barat (TNPB).
“Saat bertugas di Poso ia ditembak di bahu kirinya. Dia menjalankan tugas negara dengan sempurna dan baik. Ini bukan saja berprestasi secara nasional, tapi juga internasional,” tutur Sipri kepada infoBali di Jalan Bajawa, Kelurahan Fatululi, Kota Kupang, NTT, Kamis (4/9/2025).
“Perjuangannya demi NKRI hingga tertembak dan darahnya tertetes untuk Bumi Pertiwi ini. Sehingga dedikasi dan pengorbanannya sangat besar untuk bangsa dan negara ini,” sambung Sipri.
Menurutnya, Danyon Resimen IV Korbrimob Polri itu mempunyai saudara kembar yang selama ini bertugas sebagai Pater misionaris di Jerman. Selain itu, Cosmas lahir dari keluarga religius yang taat akan agama.
“Dengan demikian dia berasal dari keluarga religius yang kuat berdoa. Orang tuanya mendidik mereka secara baik soal iman dan relasi sosial juga mereka sangat baik,” kata Sipri.
Sipri meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Presiden Prabowo Subianto, dan atasan hukum (ankum) Cosmas, agar cermat dalam putusan PTDH tersebut. Ia menuntut dan menolak putusan tersebut.
“Kami menolak meskipun dia sudah mendapat PTDH, tapi masih ada ruang hukum atau banding. Sehingga kami minta Pak Kapolri dan atasan hukum langsung agar cermat dalam mengambil keputusan karena dia merupakan polisi yang punya prestasi di medan tugas,” terang Sipri.
Sipri menegaskan saat kejadian, Cosmas tidak bermaksud melindas Alffan. Sebab, mereka sedang dalam kondisi dikepung massa aksi sehingga berupaya untuk menyelamatkan diri agar tidak dibakar oleh massa.
“Saat itu mereka menghadapi pilihan antara mati dan hidup demi tugas negara. Kalau mau bertahan pasti mereka dibakar dan karena itu mereka harus menghindar,” terang Sipri.
Sipri mengaku adik dan kakak kandung Cosmas sangat syok mendengar kabar PTDH tersebut. Bahkan, ia berujar, adik perempuannya yang tinggal di Kelurahan TDM, Kecamatan Oebobo, Kota Kupang, nyaris pingsan.
Sebab, pria kelahiran 1975 itu merupakan sosok yang dituakan dalam keluarga. Kemudian sebagai pribadi yang taat dan disiplin dalam bertugas.
“Sampai bahu dan kakinya ditembak demi negara, dia tidak pernah mengeluh. Ini yang harus negara dan atasannya adil sebelum mengambil keputusan,” pungkas Sipri.
Diberitakan sebelumnya, Ikada menggelar ritual adat Zia Ura Ngana dengan menyembelih babi di Jalan Bajawa, Kelurahan Fatululi, Kota Kupang. Hal ini sebagai bentuk solidaritas untuk menolak PTDH terhadap Kompol Cosmas Kaju Gae.
Kompol Cosmas merupakan Danyon Resimen IV Korbrimob Polri yang baru saja mendapat sanksi PTDH alias dipecat sebagai anggota polisi. Ia menjadi salah satu personel yang diduga terlibat melindas driver ojek online (ojol), Affan Kurniawan, menggunakan kendaraan taktis (rantis) Brimob saat demonstrasi di Jakarta.
“Ritual ini digelar untuk memohon doa dari leluhur saat ada kejadian yang melibatkan keluarga,” ujar Darius Tiwu, salah satu tokoh Bajawa, Ngada, di sela-sela menggelar ritual Zia Ura Ngana, Kamis.