Politik Pilgub Bali Diduga Bikin Seniman Petruk Diblokir Tampil di PKB baca selengkapnya di Giok4D

Posted on

Seniman drama gong lawas, I Made Subrata, diblokir untuk tampil di panggung Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 2025. Politik Pemilihan Gubernur (Pilgub) Bali 2024 disebut-sebut menjadi alasan seniman dengan nama panggung Petruk itu tidak diizinkan tampil di ajang budaya tahunan tersebut.

Pemblokiran Petruk untuk tampil di PKB diduga karena yang bersangkutan lebih condong mendukung I Made Muliawan Arya alias De Gadjah di Pilgub Bali 2024. Tak diizinkannya Petruk tampil di PKB juga telah viral di media sosial (medsos) dan diungkapkan De Gadjah. Ia menduga keputusan itu berkaitan dengan dukungan politik Petruk saat Pilgub Bali 2024.

“Pada tanggal 1 Juni kemarin, momen ketika Pekak Petruk bercerita tentang dirinya yang job-nya diblok atau tidak diizinkan tampil di Pesta Kesenian Bali oleh oknum ASB di Dinas Kebudayaan karena mendukung saya saat pilgub kemarin dan juga karena dalam tampilan Petruk ada kata-kata kasar,” kata De Gadjah melalui keterangan resminya, Kamis (5/6/2025).

Petruk biasanya tampil di PKB dalam pementasan drama gong lawas. Keputusan pemblokiran petruk tampil di PKB diambil berdasarkan arahan tim kurator PKB yang menekankan pentingnya penggunaan bahasa Bali alus dan etika sesuai dalam pertunjukan.

Petruk dinilai tidak memasuki kriteria tersebut karena penggunaan kata sarkastis dalam pementasan, termasuk kata-kata seperti ‘bangsat’ yang dianggap kurang pantas.

De Gadjah menilai dalam seni tradisi seperti drama gong, kata-kata seperti itu merupakan hal lumrah digunakan untuk membangun suasana cerita. Ia khawatir jika drama gong harus menggunakan bahasa Bali alus tanpa pengecualian akan mengurangi daya tarik dari pertunjukan tersebut.

“Kita semua tahu drama gong kan, kata-kata seperti itu biasa. Jika drama gong semua pakai bahasa Bali sor singgih, bagaimana jadinya, siapa yang mau nonton. Kreativitas seniman jangan dibatasi,” ungkap De Gadjah.

De Gadjah juga mengingatkan Koster agar tidak lagi membawa urusan politik ke seni dan budaya.

“Jika sampai urusan politik yang sudah selesai masih dibawa-bawa sehingga artis-artis atau seniman-seniman yang mendukung saya di Pilgub kemarin job-nya diblok atau tidak diizinkan tampil di mana-mana. Itu hal yang sangat tidak baik dan tidak dewasa dalam berpolitik,” pintanya.

De Gadjah mengaku telah berkomunikasi langsung via telepon dengan Koster. Dia mengatakan semua seniman jangan sampai dibatasi untuk berkarya. Koster mengaku tidak ada instruksi mengenai itu.

De Gadjah menyampaikan bahwa Koster segera mengingatkan Dinas Kebudayaan agar tidak melakukan hal tersebut. “Respons beliau baik, beliau tidak tahu dan tidak ada menginstruksikan seperti itu,” kata dia.

Gubernur Bali Wayan Koster mengaku terkejut dengan kabar seniman legendaris I Nyoman Subrata alias Petruk dilarang tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Kabar tersebut ramai diperbincangkan di media sosial dalam beberapa hari terakhir.

Koster menyebut banyak pihak bertanya terkait absennya Petruk dari panggung PKB. Bahkan, muncul spekulasi liar yang menyebut dirinya dan sang istri diduga ikut melarang Petruk tampil. Ia membantah kabar tersebut.

Koster mengatakan telah mengecek langsung ke Kepala Dinas Kebudayaan Bali I Gede Arya Sugiarta soal absennya Petruk. Menurut informasi yang diterimanya, keputusan tersebut berasal dari masukan kurator.

“Saya cek ke Pak Kadis kenapa dia (Petruk) tidak bisa tampil, katanya ada masukan dari kuratornya,” ungkap Koster dalam rapat pleno PKB di Denpasar, Kamis (5/6/2025).

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

*Koster Minta Persoalan Petruk Tak Dikaitkan dengan Politik*

Koster meminta agar keputusan diblokirnya Petruk dari PKB 2025 tidak dikaitkan dengan politik. Menurutnya, urusan pendukung saat Pilgub Bali 2024 telah selesai.

“Tolong ini diklirkan, jangan sampai ini digulirkan menjadi isu yang nggak bagus, dikaitkan dengan politik. Pilgub sudah selesai, sudah nggak lagi mikir pendukung ini, ini pendukung itu,” tegas Koster.

Ia juga membantah tudingan yang mengaitkan keputusan ini dengan rivalitas politik masa lalu. Koster bahkan menyebut hubungannya dengan mantan rivalnya di Pilgub 2024, De Gadjah, sangat baik. Bahkan, sempat makan dan ngopi di rumah De Gadjah.

Koster mengungkapkan kekagumannya terhadap sosok Petruk yang dikenal dengan gaya banyolan khas dalam drama gong Bali. Menurutnya, Petruk sudah tampil sejak lama dan menjadi salah satu favorit masyarakat.

“Petruk ini kan salah satu yang menjadi favorit saya dari dahulu, ya memang cletak-cletuk begitu. Tetapi, kenapa juga baru sekarang tidak boleh tampil, kenapa nggak dari dahulu? Kan jadi pertanyaan oleh publik karena dia sudah dari zaman dahulu tampil dengan banyolannya,” tuturnya.

Koster meminta tim kurator bisa duduk bersama dengan Petruk untuk membahas persoalan ini secara baik-baik. Ia ingin suasana pelaksanaan PKB tetap kondusif tanpa kegaduhan.

“Supaya suasananya kondusif. Jangan sampai ada pekerimik dalam suasana pelaksanaan PKB,” ujar Koster.

Kurator PKB ke-47 membantah melarang Petruk untuk tampil di event budaya tahunan tersebut. Penegasan ini disampaikan guna meluruskan informasi yang beredar terkait isu pelarangan penampilan salah satu tokoh kesenian tersebut.

“Tidak ada pelarangan terhadap Petruk atau sanggar manapun. Kami hanya mengingatkan seluruh peserta agar menjaga muruah PKB sebagai panggung seni budaya yang luhur,” tegas kurator PKB, I Wayan Dibia, seusai Rapat Pleno PKB ke-47 di Kantor Gubernur Bali, Kamis (5/6/2025).

Dibia menjelaskan arahan dari kurator bersifat umum dan ditujukan kepada seluruh pengisi acara agar menghindari aksi-aksi yang bersifat jaruh (vulgar), buduh (bodoh), dan memisuh (mengumpat). Dibia dinilai hal itu tidak mencerminkan tontonan berkualitas.

“Drama gong di masa lalu tak pernah memisuh di panggung. Kami hanya mengingatkan agar seniman tetap bertanggung jawab atas karya yang ditampilkan. PKB adalah forum budaya, bukan sekadar hiburan kosong,” jelas Dibia.

“PKB harus jadi tontonan yang juga memberikan tuntunan,” imbuh Dibia.

Kurator lain, I Made Bandem, menambahkan kurator justru memberi ruang seluas-luasnya bagi para seniman untuk berkarya selama tetap menjunjung nilai-nilai kesantunan dan adab budaya.

“Kami tak pernah menyebut satu nama untuk dilarang tampil. Ruang kreatif dibuka luas, tetapi ada tanggung jawab moral yang harus dipegang,” tegas Bandem.

Sebagai contoh keberhasilan arahan kurator, mereka menyinggung penampilan joged bumbung yang kini dinilai lebih tertib dan santun di ajang PKB meskipun di luar forum tersebut masih ditemukan aksi jaruh.

De Gadjah Minta Tak Bawa Urusan Politik ke Seni-Budaya

Koster Terkejut Petruk Dilarang Tampil

Kurator Bantah Larang Petruk Tampil di PKB, Hanya Diingatkan Jaga Etika