Polisi memeriksa lima orang dari Yayasan Tana Manda terkait kasus keracunan yang dialami 252 siswa sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Ratusan siswa itu diduga keracunan seusai mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Saat ini kami sementara melakukan pemeriksaan terhadap lima orang dari pihak Yayasan Tana Manda, selaku penanggung jawab dan pelaksana dapur MBG,” ujar Kasi Humas Polres Sumba Barat Daya AKP Bernardus Mbili Kandi kepada infoBali, Rabu (12/11/2025).
Polres Sumba Barat Daya akan menjadwalkan pemeriksaan lagi terhadap saksi-saksi dari ratusan korban keracunan itu. “Kami masih menunggu untuk periksa para saksi korban,” jelas Bernardus.
Diketahui, sebanyak 252 siswa SMA di Sumba Barat Daya dilaporkan mengalami keracunan seusai mengonsumsi menu MBG pada Selasa (11/11/2025). Ratusan siswa dari SMA Manda Elu dan SMA Santo Alfonsus itu mengeluhkan pusing dan mual.
“Ada dua sekolah yakni SMA Manda Elu 147 orang dan SMA Santo Alfonsus 105 orang,” ujar Bernardus.
Bernardus menuturkan keracunan itu berawal saat ratusan siswa-siswi itu mengonsumsi MBG yang didistribusikan oleh Yayasan Tana Manda Sumba. Adapun menu yang dibagikan, yakni ayam goreng, nasi putih, sayur labu siam, dan buncis.
Ratusan siswa yang keracunan kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Reda Bolo dan RS Karitas Weetabula, Sumba Barat Daya. Hingga kini, sebanyak delapan siswa masih menjalani perawatan medis. Rinciannya, enam orang dirawat di RSUD Reda Bolo dan sisanya di RS Karitas.
“Siswa-siswi lain yang kondisinya sudah membaik itu sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing,” tutur Bernardus.
“Ada dua sekolah yakni SMA Manda Elu 147 orang dan SMA Santo Alfonsus 105 orang,” ujar Bernardus.
Bernardus menuturkan keracunan itu berawal saat ratusan siswa-siswi itu mengonsumsi MBG yang didistribusikan oleh Yayasan Tana Manda Sumba. Adapun menu yang dibagikan, yakni ayam goreng, nasi putih, sayur labu siam, dan buncis.
Ratusan siswa yang keracunan kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Reda Bolo dan RS Karitas Weetabula, Sumba Barat Daya. Hingga kini, sebanyak delapan siswa masih menjalani perawatan medis. Rinciannya, enam orang dirawat di RSUD Reda Bolo dan sisanya di RS Karitas.
“Siswa-siswi lain yang kondisinya sudah membaik itu sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya masing-masing,” tutur Bernardus.
