Pekerja migran Indonesia (PMI) asal Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), di Timur Tengah, khususnya sekitar Iran, seperti Bahrain, Kuwait, dan Turki, untuk waspada dan memastikan keselamatannya. Imbauan itu diberikan menyusul eskalasi militer antara Iran dan Israel.
“Kami imbau agar PMI kita untuk mengikuti imbauan dari kedutaan besar di sana agar tidak beraktivitas di luar dan berisiko membahayakan,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Mataram, Rudi Suryawan, saat diwawancarai infoBali seusai rapat paripurna di DPRD Mataram, Rabu (18/6/2025).
Selain itu, Rudi juga mengimbau PMI asal Mataram yang tidak jauh dari Iran atau Israel untuk tetap waspada dan menjaga komunikasi intensif dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI).
“Jangan keluar (terlalu jauh), ikuti arahan dari kedutaan besar di sana. Saat ini suhu politik di sana memang sedang meningkat,” pinta Rudi.
Menurut Rudi, jumlah PMI asal Mataram yang bekerja di Timur Tengah tidak terlalu banyak. Jumlahnya kurang dari 20 orang. Terlebih, Arab Saudi moratorium penerimaan pekerja dari Indonesia. Walhasil, PMI asal Mataram di Timor Tengah tak banyak seperti di Malaysia, Taiwan, dan Hongkong.
Data Disnaker Mataram, ada beberapa negara tujuan pekerja migran, yakni Malaysia 218 orang, Arab Saudi (53), Singapura (24), Taiwan (15), Hongkong (14), Turki (11). Sementara Jepang, UEA, Brunei, Kroasia, Italia, Hongaria, Maladewa, Kuwait, Bulgaria, Bahrain masing-masing di bawah lima orang.
Diberitakan sebelumnya, Ketua DPR RI, Puan Maharani, meminta pemerintah memastikan keselamatan warga negara Indonesia (WNI) di Iran dan Israel menyusul eskalasi militer di antara kedua negara tersebut. Ia menegaskan keselamatan WNI harus menjadi prioritas pemerintah.
Puan juga menyampaikan kepada masyarakat Indonesia untuk menunda perjalanan ke kawasan terdampak konflik. Puan mendesak Israel agar segera menghentikan agresi militer dan menyelesaikan masalah sesuai dengan hukum internasional.
Diketahui, perang antara Iran dan Israel saat ini terus berlanjut. Pemerintah Iran menegaskan tidak akan bernegosiasi mengenai gencatan senjata di tengah serangan yang terus dilancarkan oleh Israel. Hal itu telah disampaikan Iran kepada dua negara mediator, yakni Qatar dan Oman.