Di balik gang sempit kawasan Monang Maning, Denpasar, aroma pizza panggang menyeruak dari sebuah warung kecil. Namanya ‘Pizza Adhi Tuli Monang-Maning
Tak banyak yang tahu, pembuat pizza lezat di sana adalah I Gusti Adhi Wira Negara, seorang penyandang disabilitas Tuli berusia 50 tahun.
Senin malam (6/10/2025), Adhi menyambut infoBali dengan senyum lebar. Ia lantas memberikan buku menu dan menjelaskan pilihan pizza menggunakan Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo)
Bagi pengunjung yang tidak menguasai bahasa isyarat, komunikasi tetap lancar karena Adhi piawai membaca gerak bibir atau menuliskan pesan di kertas.
Beragam varian pizza tersedia di warung mungil itu, mulai dari ayam atau sapi jamur, beef pepperoni, ayam bombay, hingga carbonara. Semua bisa dikustom sesuai selera.
“Kalau tambah keju mozarella, tambah Rp 10 ribu ya,” ujar Adhi dengan gerakan tangannya yang lincah.
Pizza vegetarian menjadi pilihan malam itu. Dengan harga Rp 33 ribu, pizza berkulit tebal dengan topping paprika, jamur champignon, saus tomat, dan lelehan keju tersaji hangat. Untuk ukuran medium, porsinya cukup untuk dua hingga tiga orang.
Rasanya kaya dan seimbang-manis dari saus tomat, gurih dari jamur dan keju, serta sedikit pedas dari potongan paprika. Bagi penyuka pedas, tersedia saus sambal untuk menambah sensasi di lidah. Semua dibuat menggunakan oven sederhana di dapur kecil yang nyaris tanpa peralatan modern, namun hasilnya luar biasa.
Keterampilan Adhi meracik pizza bukan datang tiba-tiba. Selama sembilan tahun, ia bekerja di sebuah restoran di kawasan Legian, Kuta. Di sana, ia belajar membuat pizza dan masakan Italia lain dari para koki profesional.
“Saya buka rumah pizza ini dari tahun 2018. Dulu kerja restoran di Kuta itu 9 tahun. Buat pizza dan macam-macam juga. Masakan buatan saya disukai bule-bule. Selesai di sana tahun 2017,” kenangnya.
Warung ini dijalankan Adhi bersama sang istri, Maria. Sejak pagi, keduanya sudah sibuk menyiapkan bahan dan adonan. Semua disimpan di lemari es sebelum Adhi berangkat bekerja di sebuah usaha bakpia dekat rumahnya. Setelah pulang kerja, barulah mereka membuka warung dari pukul 17.00 hingga 22.00 Wita setiap hari.
Meski enggan menyebutkan omzet, Adhi mengaku bisa menjual sekitar 20 pizza per hari. Kadang, pesanan besar hingga 100 buah datang untuk acara-acara tertentu. Kerja kerasnya pun berbuah penghargaan: pada 2019, ia meraih juara ketiga dalam lomba stand kuliner Peringatan Hari Disabilitas Internasional dari Pemkot Denpasar.
“Capek? Sudah biasa (ambil dua pekerjaan). Memang suka masak-masak. Tidak pernah sekolah, kuliah memasak. Dulu langsung kerja restoran,” kata Adhi sambil tersenyum puas.

Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.






