Peternak Sapi Rugi Ratusan Juta Imbas Antrean di Pelabuhan Gili Mas

Posted on

Asosiasi peternak sapi di Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) merugi ratusan juta imbas antrean panjang truk-truk pengangkut sapi dari Pulau Sumbawa di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat. Ada ribuan sapi yang tertahan berhari-hari. Sapi untuk hewan kurban Idul Adha itu hendak dikirim ke wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

“Potensi kerugiannya ada, karena kami menerima kabar kalau 14 ekor sapi mati saat di Gili Mas. Belasan sapi-sapi itu mati kemungkinan karena stres, capek, dan kekurangan air. Apalagi ruang geraknya minim,” kata Ketua Persatuan Pedagang Hewan Indonesia (Pepehani) Kabupaten Bima, Taufik saat dihubungi infoBali, Kamis (24/4/2025).

Taufik menuturkan kerugian dari matinya belasan sapi milik peternak di Sumbawa berkisar lebih dari Rp 300 juta. “Hitung saja per ekor itu Rp 25 juta, Rp 25 juta di kali 14 ekor yang mati, sudah ratusan itu (kisaran Rp 300 juta),” jelas Taufik.

Menurut Taufi, belasan sapi milik peternak yang mati itu akhirnya dibuang. Ada sebagian sapi yang dijual dengan harga rugi saat di Pelabuhan Gili Mas, Lombok Barat. Sapi itu lebih baik dijual murah daripada mati lemas.

“Yang nggak tertolong dibuang, sementara yang masih bisa dijual akhirnya dijual dengan harga rugi atau harga potong. Cuman, kami belum tahu detail pemilik CV mana saja yang ternak sapinya mati saat di Gili Mas ini. Kami belum bisa dapat detailnya karena yang membawa ternak ini sedang cepat-cepat ke Jakarta,” tutur Taufik.

Dia menjelaskan meski para peternak mengalami kerugian, harga jual sapi dari Pulau Sumbawa ke Jabodetabek dan kota-kota sekitarnya, masih dalam kondisi normal.

“Kalau soal harga penjualan (di Jabodetabek) biasa saja, tidak berpengaruh (harganya tidak turun). Hanya saja, sapi yang sebelumnya biasa dikirim dalam kondisi gemuk, berubah kurus (pasca kendala pengiriman kemarin). Aturan sampainya kan 3-4 hari dari Bima-Jakarta, tapi gara-gara permasalahan kemarin (pengiriman jadi) 5-6 hari,” ujar Taufik.

Dia juga menyoroti sistem pengiriman ternak dari NTB menuju Pulau Jawa yang terbilang buruk. Misalkan saja, proses polymerase chain reaction (PCR) untuk memastikan kesehatan sapi yang dinilai berbelit, hingga minimnya armada kapal yang tersedia untuk proses pengiriman hewan ternak.

“Dibilang buruk iya, dibilang bagus iya, kendalanya kemarin memang berkaitan soal pengurusan tanda tangan izin PCR yang nggak keluar-keluar, sementara izin PCR itu ada batas waktunya. Jadi kami kan harus kejar muat, namanya bawa hewan hidup, jadi terkadang susah. Belum lagi kami sudah pesan truk Fuso atau tronton, dan (sopirnya) harus kasih makan setiap hari,” urai Taufik.

Setelah perwakilan asosiasi peternak menyampaikan curahan hatinya kepada Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal beberapa waktu lalu, kini proses pengiriman ternak sapi dari Gili Mas menuju Jakarta dipastikan normal kembali.

“Alhamdulillah, informasi yang kami dapat, semalam ada puluhan truk yang berangkat ke Jabodetabek. Dan Insyallah hari ini ada 50-60 truk yang akan berangkat kembali,” tandasnya.

Sebelumnya, Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB memastikan ribuan ekor sapi di Pelabuhan Gili Mas siap diberangkatkan. Ada penambahan jumlah kapal, dari yang sebelumnya hanya satu kapal, kini bertambah menjadi tiga kapal.