Dua titik jalan ambles di Kabupaten Tabanan, Bali, menjadi sorotan warga. Perbaikan jalan di Desa Bajera, Kecamatan Selemadeg, dan di Desa Tista, Kecamatan Kerambitan, tengah dikerjakan, namun ditangani oleh dua instansi berbeda.
Di Desa Bajera, perbaikan ditangani Balai Jalan Nasional Jawa-Bali dan ditargetkan rampung pada Sabtu (19/7/2025). Sementara di Desa Tista, perbaikan mulai dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Penataan Ruang, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPRPKP) Tabanan, dengan target selesai dalam waktu 21 hari.
Kepala Bidang Bina Marga DPUPRPKP Tabanan, I Made Partana, menyampaikan bahwa proses perbaikan jalan di Desa Tista diperkirakan berlangsung selama kurang lebih 21 hari. Tim dari Bina Marga melakukan pengawasan teknis secara intensif.
“Perbaikan jalan ini diharapkan dapat segera mengembalikan kelancaran konektivitas antarwilayah serta mendukung aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat,” kata Partana, Kamis (17/7/2025).
Ia juga mengimbau warga yang akan menuju wilayah Desa Tista, Belumbang, dan Tibubiu untuk sementara menggunakan jalur alternatif.
Jalan di Desa Tista diketahui ambles pada Sabtu malam (13/7/2025). Pada Minggu paginya, lubang dan kedalamannya semakin membesar. Untuk mencegah kecelakaan, perangkat desa langsung memagari lokasi dan melaporkan kejadian itu ke Dinas PUPR dan Polsek Kerambitan.
Sementara itu, perbaikan jalan di Desa Bajera ditargetkan selesai Sabtu (19/7/2025). Jalan tersebut rencananya akan dibuka secara resmi oleh Gubernur Bali, I Wayan Koster, pada Minggu (20/7/2025).
Kabar ini disambut gembira para pedagang di Pasar Bajera. Mereka sebelumnya mengeluhkan penurunan omzet akibat akses jalan yang terganggu selama perbaikan.
“Semua pedagang mengeluh omset mereka turun, bahkan mencapai 10 persen. Dengan kabar jalan segera rampung kami berharap aktivitas kembali lancar dan perputaran ekonomi kembali normal,” ujar Kepala Pasar Bajera, Made Agus Uriantara.
Salah satu pedagang di Pasar Bajera, Nengah Muriati (65), mengaku kesulitan menjual dagangannya sejak jalan ambles. Sebelumnya ia bisa meraup omzet hingga Rp 1,5 juta per hari.
“Sekarang dapat Rp 200 ribu saja susah,” katanya.
Muriati menjual kebutuhan pokok seperti sayur, buah, dan sarana persembahyangan. Karena dagangannya tak laku, banyak bahan makanan busuk dan harus dibuang.
“Ada juga kasi makan ternak,” ucapnya.
Ia berharap jalan segera dibuka agar aktivitas pasar kembali normal dan lapaknya kembali ramai pembeli.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.