Penjualan kembang api di Denpasar, Bali, tetap tinggi meski dilarang pemerintah, menjelang puncak perayaan akhir tahun. Sejumlah toko penjual kembang api tampak ramai, dengan pembeli mengantre untuk mendapatkan berbagai jenis kembang api.
“Sama aja sih kayak tahun lalu. Rata-rata lokal aja, mungkin mereka yang jualnya ke bule langsung,” ujar Umi Fatma, kasir Toko Si Hitam Toys, saat diwawancarai infoBali, Selasa (30/12/2025).
Fatma menyebutkan penjualan kembang api mulai meningkat sejak pertengahan Desember dan diperkirakan mencapai puncaknya pada Rabu (31/12/2025). Terkait adanya larangan, ia mengaku belum menerima informasi resmi dari pihak berwenang.
“Belum ada larangan pastinya. Saya dengar-dengar kalau nyalain perorangan boleh. Yang penting nggak pesta besar-besaran,” tambah Fatma.
Selain menjual secara eceran, penjual kembang api juga melayani pembelian grosir. Pembeli grosir umumnya berasal dari pemilik jasa akomodasi yang menggelar acara perayaan Tahun Baru. Meski demikian, penjual menilai pembeli eceran masih mendominasi.
“Biasanya orangnya nggak nyebut dari vila,” terang Fatma.
Hal serupa disampaikan Putu Agus, pemilik Toko Sofie Mandiri Fireworks. Ia mengatakan sektor akomodasi umumnya telah menyiapkan paket perayaan tahun baru bagi tamu.
“Orang-orang kayak hotel, vila kan sudah bikin paket menyambut Tahun Baru, ada kembang apinya, sehingga tamu mau menginap di sana, kalau tiba-tiba dibatalin kan kecewa tamunya. Seluruh dunia kan menyambut Tahun Baru,” jelas Agus.
Agus menambahkan, harga kembang api tahun ini relatif tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan tahun lalu. Menurutnya, harga sangat bergantung pada bahan baku dan kondisi pasar.
“Ini kan barang impor semua. Impor China,” tutur Agus.
Ia juga menjelaskan penyediaan stok kembang api disesuaikan dengan musim. Menjelang akhir tahun, stok yang disiapkan jauh lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.
“Merayakan tahun baru tanpa kembang api kan kurang meriah. Jangankan tahun baru, orang wedding aja nggak ada kembang api aja nggak meriah,” kata Agus.
Terkait adanya imbauan pembatasan, Agus menegaskan bahwa hal tersebut lebih bersifat ajakan, bukan larangan mutlak.
“Larangan untuk yang ditunjukkan massa. Itu imbauan, bukan larangan. Itu pemerintah untuk rasa simpati korban banjir. Tapi untuk pribadi, untuk swasta? Kan kembali lagi ke masyarakatnya. Apalagi Bali kan daerah wisata,” ujar Agus.
Ia pun mengingatkan para pembeli untuk tetap mematuhi aturan penggunaan kembang api demi keselamatan bersama.
“Yang penting diarahkan, diawasi, jangan sembarangan, ikuti aturan pemakaian, kan ada di kembang apinya, cari tempat yang aman, jangan di tempat tinggal, kasihan yang sakit,” pungkas Agus.
Sementara itu, pembeli kembang api datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka membeli kembang api untuk dinyalakan bersama keluarga dan teman terdekat.
“Untuk merayakan tahun baru sama teman-teman. Tahu tempatnya dari Tiktok. Dari segi masyarakat pun merayakan, jadi kita juga merayakan,” jelas Luki saat ditemui infoBali seusai berbelanja di Toko Sofie Mandiri Fireworks.
Pembeli lainnya, Reyhan Agastya, mengaku telah menerima imbauan agar lebih berhati-hati saat menyalakan kembang api.
“Ya, sudah dapat imbauan, ya hati-hati aja sih, hindari permukiman,” jawab Reyhan saat ditemui di Toko Si Hitam Toys.
Harga dan Stok Menyesuaikan Musim
Imbauan Tetap Perhatikan Aturan
Agus menambahkan, harga kembang api tahun ini relatif tidak mengalami perubahan signifikan dibandingkan tahun lalu. Menurutnya, harga sangat bergantung pada bahan baku dan kondisi pasar.
“Ini kan barang impor semua. Impor China,” tutur Agus.
Ia juga menjelaskan penyediaan stok kembang api disesuaikan dengan musim. Menjelang akhir tahun, stok yang disiapkan jauh lebih banyak dibandingkan hari-hari biasa.
“Merayakan tahun baru tanpa kembang api kan kurang meriah. Jangankan tahun baru, orang wedding aja nggak ada kembang api aja nggak meriah,” kata Agus.
Terkait adanya imbauan pembatasan, Agus menegaskan bahwa hal tersebut lebih bersifat ajakan, bukan larangan mutlak.
“Larangan untuk yang ditunjukkan massa. Itu imbauan, bukan larangan. Itu pemerintah untuk rasa simpati korban banjir. Tapi untuk pribadi, untuk swasta? Kan kembali lagi ke masyarakatnya. Apalagi Bali kan daerah wisata,” ujar Agus.
Ia pun mengingatkan para pembeli untuk tetap mematuhi aturan penggunaan kembang api demi keselamatan bersama.
“Yang penting diarahkan, diawasi, jangan sembarangan, ikuti aturan pemakaian, kan ada di kembang apinya, cari tempat yang aman, jangan di tempat tinggal, kasihan yang sakit,” pungkas Agus.
Sementara itu, pembeli kembang api datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Mereka membeli kembang api untuk dinyalakan bersama keluarga dan teman terdekat.
“Untuk merayakan tahun baru sama teman-teman. Tahu tempatnya dari Tiktok. Dari segi masyarakat pun merayakan, jadi kita juga merayakan,” jelas Luki saat ditemui infoBali seusai berbelanja di Toko Sofie Mandiri Fireworks.
Pembeli lainnya, Reyhan Agastya, mengaku telah menerima imbauan agar lebih berhati-hati saat menyalakan kembang api.
“Ya, sudah dapat imbauan, ya hati-hati aja sih, hindari permukiman,” jawab Reyhan saat ditemui di Toko Si Hitam Toys.
