Pengusaha Hiburan di Senggigi Bingung soal Pembayaran Royalti dari LMKN

Posted on

Asosiasi Pengusaha Hiburan (APH) Senggigi, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), dengan tagihan royalti musik dari Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN). Sebab, usaha hiburan di Senggigi tidak hanya memutar lagu Indonesia, tetapi juga luar negeri

“Padahal di kafe ini tidak melulu lagu indonesia yang kita putar, kan di sini ada lagu-lagu barat juga, bagaimana cara membaginya,” kata Ketua APH Senggigi, Suhermanto, Kamis (14/8/2025).

Suhermanto menilai regulasi royalti musik perlu dipertanyakan. Senapan, usaha hiburan seperti diskotek di Senggigi tidak hanya memutar musik yang dimaksudkan LMKN, tetapi juga menggunakan host music atau disc jockey (DJ). Sehingga, Suhermanto meminta supaya regulasi soal royalti musik disosialisasikan terlebih dahulu.

Suhermanto bahkan menyarankan LMKN untuk menciptakan aplikasi tersendiri mengenai penagihan royalti musik ini. Sehingga, nominal tagihannya lebih transparan, jangan hanya dipatok rata.

“Kalau bar kan (penagihannya) dihitung per kursi, kalau kita di karaoke kan room-nya. Ya memang itu tiap hari terpakai atau terjual?,” imbuh Suhermanto.

Suhermanto menegaskan tidak menolak regulasi itu. Hanya saja, menurutnya para pelaku usaha berhak menyampaikan kemampuannya untuk membayar nominal tagihan tersebut.

Hingga saat ini, Suhermanto mengungkapkan beberapa pelaku usaha hiburan di Senggigi sudah membayar tagihan tersebut. Mereka membayar karena merasa takut dengan sanksi somasi dan pidana yang akan diberikan jika tidak membayar.

General Manager (GM) Metropolis, Ando Andika, mengatakan tarif royalti musik ini sangat besar dan mencapai jutaan rupiah. Ando merasa keberatan dengan tarif yang terlalu tinggi.

“Sangat memberatkan, belum pajak, belum ini itu, waduh banyak sekali uang keluar,” ungkap Ando.

Selain itu, Ando juga mempertanyakan pembayaran royalti musik yang ditagih oleh LMKN serta kriteria pencipta lagu di Indonesia yang harus dibayarkan. Sebab, pelaku usaha karaoke juga sudah membeli beberapa lagu untuk digunakan pengunjung.

“Kami ngga semua lagu-lagu Indonesia, kami kadang-kadang unduh ke si penjual sistem karaoke itu, kita beli lho. Lagu kami harus beli, kan kadang orang-orang nggak puas kalau Youtube,” beber Ando.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *