Raut bahagia tergambar pada wajah Zainuddin Kurdi ketika pertama kali tiba di Asrama Haji Nusa Tenggara Barat (NTB). Penjual telur lilit keliling sejak tahun 80-an ini akhirnya berangkat haji pada pemberangkatan kloter pertama, Kamis (1/5/2025).
Zainuddin merupakan jemaah calon haji (JCH) asal Dusun Jerneng, Desa Telaga Waru, Kecamatan Labuapi, Lombok Barat, NTB. Dia sampai tidak bisa berkata-kata bisa berangkat ke Tanah Suci dari hasil berjualan telur lilit.
Seusai salat Magrib di Masjid Asrama Haji NTB , Zainuddin mengaku terharu bisa berangkat ke Tanah Suci setelah 30 tahun menabung dari hasil berjualan telur lilit keliling di Mataram dan Lombok Barat.
“Saya daftar haji tahun 2009 tapi pakai uang tabungan. Empat tahun kemudian baru keluar kursi pemberangkatan sekitar 2012,” ujar Zainuddin dengan nada terharu.
Sejak saat itu, Zainuddin makin gigih berjualan telur lilit hingga ke pelosok-pelosok desa di Kecamatan Lembar, Lombok Barat. Bahkan Zainuddin rela berjualan telur lilit ke Desa Mareje di lereng Gunung Mareje, Lembar, Lombok Barat.
“Dari situ saya nabung sedikit-sedikit dari keuntungan jualan telur lilit,” katanya.
Zainuddin awalnya berjualan telur lilit dan permen di kantin SMPN 1 Mataram. Namun, ia sempat kecewa dan frustrasi karena dilarang berjualan di kantin SMPN 1 Mataram pada 2013.
“Di sana saya jualan sejak tahun 1990-an. Di sana sudah mulai nabung. Banyak dapat nabung, kemudian beli tanah. Dari hasil jual tanah Rp 15 juta itu dipakai daftar haji tahun 2009,” kata pria berusia 70 tahun itu.
Ketika diberhentikan berjualan di kantin SMPN 1 Mataram, penghasilan berjualan telur lilit merosot tajam. Dia pun harus menghadapi masa-masa sulit.
“Banyak kebutuhan, belum biaya anak mondok, sekolah. Jadi nabung haji sempat tertunda karena dipakai untuk itu,” ujarnya.
Setelah melewati masa sulit tersebut, Zainuddin fokus berjualan dari Kecamatan Labuapi ke Kecamatan Lembar hingga ke wilayah Kecamatan Sekotong. Hasil jualan telur lilit itu kembali ditabung sedikit demi sedikit untuk dana haji.
“Modal jualan Rp 100 ribu. Kalau dapat untung Rp 50 ribu atau Rp 100 ribu, saya tabung Rp 15-20 ribu. Sisanya biaya anak sekolah. Kalau sedikit untungnya tidak nabung,” ujar pria 5 anak ini.
Zainuddin mendapat keuntungan besar saat berjualan di acara begawe (nikahan) di Lombok Barat. Telur lilit pun laris manis di sana.
“Kalau ada acara itu keuntungan bisa sampai Rp 200 ribu sampai Rp 275 ribu. Kalau banyak untung ditabung lebih banyak,” ujarnya.
Banyak Tetangga Titip Doa
Sebelum berangkat ke Tanah Suci, Zainuddin banyak mendapat titipan doa dari para tetangga di kampung halaman. Bahkan, ada beberapa gadis yang belum menikah meminta didoakan di depan Ka’bah agar segera dipertemukan jodohnya.
Dengan wajah haru, Zainuddin siap mendoakan semua warga yang telah membantunya menyelesaikan proses pemberangkatan haji. “Perasaan saya sangat senang tidak bisa diungkapkan. Gembira gemetar kaget sekaligus terharu. Perasaan senang ini tidak bisa dibandingkan,” cetusnya.
Zainuddin pun siap menghadapi segala rintangan di Tanah Suci. Dia bertekad mencium Hajar Aswad.
“Haji ini membutuhkan tenaga, fisik. Nazar saya, mudahan pulang dari Makkah dengan selamat, dimudahkan rizki dan anak-anak saya sukses semuanya. Amin,” pungkas Zainuddin yang menahan tetesan air matanya.