Pemprov NTB Dorong Event Desa untuk Tekan Kemiskinan Ekstrem 2029

Posted on

Dinas Pariwisata (Dispar) Nusa Tenggara Barat (NTB) terus mendorong desa-desa menggelar event lokal sebagai salah satu strategi menekan angka kemiskinan ekstrem di NTB. Salah satu contohnya event ‘Bejango Desa’ yang digelar di Desa Anjani, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, NTB, Jumat (18/7/2025).

Kepala Bidang Pemasaran Dispar NTB Mulki menegaskan bahwa pihaknya tidak serta-merta menggelontorkan anggaran, melainkan fokus pada mendorong kemandirian desa.

“Event seperti ini kami dorong agar desa mandiri. Mereka harus bisa menggerakkan potensi sendiri mulai dari pemuda, UMKM, sampai semangat gotong royong. Itu lebih penting dari sekadar dana,” tegas Mulki.

Menurut Mulki, tren pelaksanaan event di desa terus meningkat. Dari 58 event yang masuk dalam Calendar of Event (CoE) 2025, kini mulai bermunculan festival baru yang digagas secara mandiri oleh masing-masing desa.

“Yang awalnya tidak masuk CoE, sekarang mulai muncul. Bulan Agustus nanti, Desa Kembang Kuning akan gelar Festival Kopi Siong Kete meskipun tidak tercatat dalam CoE,” bebernya.

Mulki mengatakan geliat event desa bukan semata untuk promosi wisata. Yang lebih utama adalah menciptakan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.

“Kami ingin dorong pemuda berkreasi, jadi pelaku UMKM muda. Target kami bukan cuma kunjungan wisatawan, tapi efek ekonomi yang bisa bantu entaskan kemiskinan ekstrem,” ujarnya.

Untuk itu, Dispar NTB akan terus mengangkat (full up) event-event desa yang sejalan dengan program unggulan Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal, Desa Berdaya.

“Kita cuma kasih pemantik. Sisanya semangat gotong royong dari masyarakat yang harus hidup. Bukan soal besar kecilnya anggaran, tapi nilai kebersamaan dan kemandirian itu yang jadi kekuatan,” tandas Mulki.

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengatakan kegiatan Bejango Desa ini untuk merawat masa lalu dan membangun fondasi untuk desa wisata di masa depan.

“Fondasi desa wisata yang memiliki karakter kemandirian secara ekonomi. Dan saya sangat senang mendengar ada 101 desa yang ada di Lombok Timur sudah menjadi desa wisata,” ujar Iqbal.

Dia menambahkan desa-desa wisata di Lombok Timur memiliki kekayaan corak budaya dan keberagaman yang dimiliki oleh masing-masing desa. Di antaranya, Desa Tete Batu, Kembang Kuning, Sambalun, dan sebagainya.

“Semua termasuk desa-desa yang sudah mandiri secara ekonomi,” ungkap mantan Dubes Indonesia untuk Turki itu.

Berdasarkan data, Iqbal berujar, ada 106 desa masuk kategori miskin ekstrem di NTB. Dia pun menargetkan pada 2029, desa-desa tersebut bebas dari kategori golongan miskin ekstrem.

“Kami target semua ini terbebaskan dari kategori miskin ekstrem,” ujarnya.

Selain itu, Iqbal juga menargetkan angka kemiskinan sebesar 10 persen bebas pada 2029. “Tantangan paling sulit dalam membangun desa adalah mengidentifikasi siapa saja yang paling berkepentingan di dalamnya. Namun, itulah yang justru paling penting,” katanya.

Menurutnya, melalui program Desa Berdaya, Pemprov NTB akan mulai memberikan perhatian lebih kepada desa-desa masuk kategori miskin ekstrem.

“Kami memiliki program Desa Berdaya dan Desa Berdaya Transformatif. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda,” ujarnya.

Iqbal pun meminta seluruh kabupaten/kota bersama seluruh perusahaan-perusahaan melalui CSR, untuk bersama-sama ikut membenahi kemajuan di desa.

“Kami sampaikan waktu maksimal dua tahun program ini bisa ditransformasikan agar bisa berdiri di atas kakinya sendiri,” tandas Iqbal.