Pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Bali terus meningkat. Tak hanya digunakan di perkantoran pemerintah, PLTS Atap juga mulai diterapkan di desa adat untuk mendukung target Net Zero Emission (NZE) Indonesia.
Berdasarkan data Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM (Disnaker ESDM) Bali, PLTS Atap telah dipasang di sejumlah lokasi strategis. Mulai dari kantor Disnaker ESDM Bali, DPRD Provinsi Bali, RS Bali Mandara, hingga fasilitas pendidikan seperti SMKN 1 dan SMKN 3 Denpasar. Pemanfaatannya juga menjangkau cold storage di Pengambengan serta kawasan Desa Adat Intaran.
Kepala Disnaker ESDM Bali Ida Bagus Setiawan menyebutkan penggunaan PLTS Atap memberikan dampak positif, terutama dalam hal efisiensi listrik.
“(Dampak positifnya) Hemat bayar listrik dan turut mendukung Net Zero Emission,” kata Setiawan saat dihubungi, Rabu (16/4/2025).
Meski tren PLTS Atap menunjukkan antusiasme yang tinggi, Setiawan mengakui masih ada tantangan terutama dalam hal investasi dan keberlanjutan pemanfaatannya.
“Harapannya agar semakin banyak pengguna, dan sedang diupayakan skema virtual power plant dengan PLN,” lanjutnya.
Staf Analis Standarisasi Kelistrikan Disnaker ESDM Ida Bagus Komang Suseno mengungkapkan penggunaan PLTS di kantornya mampu menghasilkan efisiensi hingga 30 persen, berdasarkan data yang dimonitor lewat aplikasi pemanfaatan energi surya.
“Untuk penggunaan PLTS atap ini seperti gaungnya pimpinan kami, diharapkan ke depan kalau bisa EBT berkembang walaupun di awal, apapun yang namanya di awal pasti investasi lumayan tinggi. Saya harapkan ke depan, masyarakat lokal khususnya Bali SDM-nya memahami terkait Bali energi bersih,” jelasnya.
Di sisi lain, Desa Adat Intaran juga menjadi salah satu pelopor pemanfaatan PLTS di kawasan tradisional. Petajuh Penggerak Bupda Intaran, I Wayan Robi Suryana, menyebut sejak 2024, pihaknya telah memasang PLTS Atap di sejumlah titik.
Beberapa di antaranya dipasang di subak, wantilan, TPS3R, hingga kawasan wisata seperti Pantai Mertasari dan Segara. Total pendanaan untuk seluruh PLTS yang telah terpasang di Intaran mencapai sekitar Rp 1,8 miliar.
“Kami mengejar inisiatif agar Intaran ini selalu menjadi destinasi yang nyaman, dan destinasi wisata yang nyaman,” ujarnya.
Ia juga berharap kesadaran masyarakat terhadap energi bersih terus meningkat, sehingga mampu memperkuat posisi Intaran sebagai kawasan rendah emisi di Bali.