Komisi Disabilitas Daerah (KDD) Nusa Tenggara Barat (NTB) mendampingi seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Lombok Tengah yang menjadi korban pemerkosaan di toilet sekolah. Pelaku diduga merupakan pegawai sekolah yang bekerja sebagai sopir antar jemput murid.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
“Iya itu juga kami monitor ya. Hari Sabtu kemarin kami ada pendampingan, tadi ada pemeriksaan psikologi juga di LPA (Lembaga Perlindungan Anak),” kata Ketua KDD NTB, Joko Jumadi kepada infoBali, Rabu (12/11/2025).
Joko menjelaskan kasus tersebut terungkap setelah ibu korban melihat anaknya kesakitan saat buang air kecil dan mengeluarkan darah dari kemaluannya. Awalnya, orang tua korban mengira putrinya sedang menstruasi, tapi kondisi itu tidak kunjung membaik.
“Awalnya dikira menstruasi. Dibeliin lah pembalut, tapi setelah itu tidak ada lagi,” imbuhnya.
Setelah itu, orang tua korban membawa anaknya ke salah satu rumah sakit swasta yang ada di Lombok Tengah untuk dilakukan pemeriksaan secara medis. Namun, pihak rumah sakit menyarankan agar korban dibawa ke RS Bhayangkara, Mataram, untuk dilakukan visum terlebih dahulu.
“Dan di sana ditemukan ada robekan, dan di sana langsung disuruh lapor ke polisi,” bebenya.
Joka mengatakan korban akhirnya diinterogasi oleh orang tuanya dan mengakui telah disetubuhi oleh salah satu pegawai yang bertugas sebagai sopir di sekolahnya.
“Jadi si korban ini ditanya siapa yang melakukan itu, ternyata setelah itu ditau bahwa itu salah satu pegawai di SLB itu,” tegasnya.
Di sisi lain, KDD hingga kini masih mendalami kebenaran kejadian itu berlangsung di toilet sekolah atau di area lainnya. Namun pada saat korban ditanya siapa pelakunya, ia menunjuk salah satu foto pegawai yang merupakan sopir di sana.
“Itu yang masih kemudian menjadi fokus dari kami. Karena kesaksian anak yang namanya anak disabilitas, apalagi ini disabilitas mental intelektual makanya butuh penanganan ekstra,” tegasnya.
Menurutnya, penanganan kasus ini terbilang cukup lamban jika dibandingkan dengan kasus yang lain. Hal itu diduga karena penyidik kesulitan saat pengumpulan alat bukti serta keterangan dari para saksi.
“Di sekolah tidak ada (CCTV). Saya juga udah tanya kepada pihak sekolah tapi tidak ada,” katanya.
Ia menyampaikan korban saat ini masih melakukan aktivitas seperti biasa.Joko menjelaskan kondisi itu dikarenakan yang bersangkutan tidak merasakan apa yang terjadi karena mengalamidisabilitas intelektual.
“Ya kalau kondisi korban sekarang ya jadi tidak terlalu terlihat, seperti biasa saja. Karena dia nggak paham tentang apa yang terjadi,” bebernya.
Diberitakan sebelumnya, Polres Lombok Tengah mengusut kasus dugaan persetubuhan terhadap anak berkebutuhan khusus di salah satu SLB di daerah tersebut. Penanganan kasus tersebut kini telah ditingkatkan dari penyelidikan ke penyidikan.
“Perkaranya sudah naik sidik (penyidikan),” ungkap Kasat Reskrim Polres Lombok Tengah, Iptu Luk Luk Il Maqnun, kepada infoBali, Senin (10/11/2025).
Berdasarkan informasi yang dihimpun infoBali, pelecehan seksual terhadap siswi SLB itu terjadi pada 26 Agustus lalu. Korban diduga dicabuli oleh seseorang di toilet sekolah.
Kasus itu terungkap setelah korban merasa kesakitan dan kelaminnya mengeluarkan darah saat hendak buang air kecil. Saat ditanyakan oleh orang tuanya, korban pun memberikan isyarat bahwa dirinya telah dicabuli oleh seseorang di toilet sekolah. Mereka lantas melaporkan kasus itu ke polisi pada 29 Agustus.
Luk Luk mengatakan penyidik sudah mengantongi identitas terduga pelaku. Hal itu berdasarkan hasil pemeriksaan saksi-saksi dan alat bukti yang telah dikantongi. Hanya saja, dia berujar, penetapan tersangka baru dapat dilakukan setelah gelar perkara.
“Terduga pelaku sudah ada, kami masih menunggu pemeriksaan secara komprehensif dulu baru nanti kita lakukan gelar tindak lanjutnya,” ujarnya.






