Dua peristiwa tragis terjadi di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam selang waktu dua hari. Dua nyawa muda melayang akibat kelalaian penyimpanan senapan angin di lingkungan rumah tangga dan pergaulan remaja.
Seorang pelajar SMP secara tak sengaja menembak temannya hingga tewas, sementara seorang balita meregang nyawa setelah ditembak kakaknya sendiri.
Seorang pelajar SMP berinisial SA (15) secara tak sengaja menembak temannya, Ikbal (17), hingga tewas menggunakan senapan angin. Peristiwa itu terjadi di Dusun Mpuri, Desa Bakajaya, Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, NTB, Sabtu (3/5/2025) malam.
“Pelaku penembakan diketahui seorang pelajar SMP yang masih memiliki hubungan pertemanan dengan korban,” ungkap Kasi Humas Polres Dompu AKP Zuharis kepada infoBali, Minggu (4/5/2025).
Zuharis menjelaskan SA dan Ikbal berangkat dari Desa Nowa ke rumah saudara SA di Desa Bakajaya. Saat keduanya duduk di teras sambil bermain ponsel, SA masuk ke dalam rumah dan menemukan senapan angin tergeletak di atas meja.
Tanpa menyadari senapan tersebut berisi peluru, SA membawanya keluar dan mengarahkan ke dada Ikbal dengan maksud bercanda. Namun, senjata itu meletus dan mengenai tubuh korban.
“Korban sedang bermain ponsel. Dalam kondisi bercanda, pelaku menembakkan senjata tersebut, yang ternyata berisi peluru. Korban langsung mengeluh kesakitan dan terjatuh,” jelas Zuharis.
SA yang panik kemudian meminta bantuan warga. Ikbal sempat dibawa ke Puskesmas Dompu Barat menggunakan kendaraan umum, tetapi meninggal dunia dalam perjalanan.
“Berdasarkan keterangan saksi, korban diduga sudah tidak bernyawa dalam perjalanan. Tim medis Puskesmas Dompu Barat menyatakan korban telah meninggal dunia setelah dilakukan pemeriksaan,” tandas Zuharis.
SA telah diamankan polisi beserta senapan angin jenis PCP sebagai barang bukti. Penahanan dilakukan untuk mencegah kemungkinan gejolak di masyarakat setelah peristiwa itu.
“Anggota Polsek Woja telah mendatangi TKP dan mengamankan pelaku serta barang bukti senapan angin. Saat ini pelaku SA telah diamankan di Polres,” jelas Zuharis.
Setelah kejadian, situasi sempat memanas akibat beredarnya isu liar terkait motif penembakan. Polres Dompu pun bergerak cepat dengan mempertemukan keluarga korban, tokoh masyarakat, dan melakukan pendekatan persuasif guna meredam potensi konflik.
“Langkah cepat kami ambil untuk mencegah gejolak di masyarakat. Selain itu, Polsek Woja juga akan berkoordinasi dengan Unit Reskrim untuk memastikan proses hukum berjalan transparan dan adil,” tuturnya.
Zuharis menegaskan peristiwa ini harus menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap penyimpanan senapan angin di rumah.
“Kami mengimbau masyarakat, khususnya yang memiliki senapan angin, agar menyimpannya dengan aman dan tidak membiarkan senjata berada dalam jangkauan anak-anak atau remaja,” imbuhnya.
Balita tewas tertembak, baca di halaman selanjutnya…
Dua hari sebelum peristiwa itu, seorang balita bernama Titi Cantika (3) meninggal dunia setelah tertembak senapan angin oleh kakak kandungnya sendiri yang masih berusia 7 tahun. Insiden tragis ini terjadi di sebuah ladang jagung milik orang tua mereka di Dusun Ointala Atas, Desa Sorinomo, Kecamatan Pekat, Dompu, NTB, Kamis (1/5/2025) sore.
“Korban meninggal dunia setelah tertembak senapan angin PCP oleh kakaknya sendiri,” ungkap Zuharis, Jumat (2/5/2025).
Saat kejadian, kedua anak itu dibawa ke ladang oleh orang tuanya, Rumiah (55) dan Rabiah (47). Saat orang tua mereka sibuk bekerja, keduanya bermain di gubuk ladang. Di lokasi itulah sang kakak menemukan senapan angin yang tersimpan dalam keadaan terisi peluru.
“Senapan angin PCP milik orang tua korban dibiarkan tergeletak dalam keadaan terisi peluru. Saat ditinggal bekerja oleh kedua orang tuanya sang kakak bermain senapan tersebut dan tanpa sengaja menembakkan peluru ke kepala adiknya,” jelas Zuharis.
Tembakan itu mengejutkan orang tua mereka yang segera memeriksa dan mendapati Titi dalam kondisi kritis dengan luka tembak di kepala sebelah kiri.
Korban sempat dilarikan ke Puskesmas dan kemudian dirujuk ke RSUD Dompu. Namun, nyawa Titi tak tertolong dan ia meninggal dunia dalam perjalanan.
“Kejadian ini murni merupakan kecelakaan yang dipicu oleh kelalaian dalam menyimpan senjata di lingkungan yang tidak aman untuk anak-anak,” pungkas Zuharis. tragedi