Balai Besar Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah 3 melakukan pemantauan gerhana bulan di Bali pada 7 September 2025 hingga 8 September 2025. Pantauan Bulan selama 16 jam itu sempat terganggu karena awan mendung dan hujan di Bali.
“Karena hujan dan awal tebal, jadi bulan tidak dapat terlihat,” kata Kapokja Manajemen Operasi Geofisika BBMKG Wilayah 3 Badung, Ein Nuzulul Laily saat dihubungi infoBali, Senin (8/9/2025).
Ein mengatakan pengamatan gerhana bulan dilakukan di Tuban, Kecamatan Kuta, Badung dan di Denpasar. Pengamatan gerhana bulan dimulai pukul 22.00 Minggu (7/9/2025) dan diakhiri jam 02.16 Wita Senin (8/9/2025).
Namun, sejam setelah petugas BBMKG memasang peralatan dan mulai meneropong, bulan tidak terlihat jelas. Cuaca buruk itu membuat bulan nampak sesekali tertutup awan hitam tebal.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Mulai pukul 01.00 Wita, saat bayangan bumi mulai menutup bulan, awan hitam menghalangi pengamatan petugas. Hingga pukul 02.11 Wita, saat bayangan bumi sudah menutup total permukaan bulan, masih sulit diamati karena awan tebal disertai hujan.
“Kalau cuaca cerah, akan terlihat bulan berwarna merah. Itulah alasan disebut bloodmoon (bulan berwarna merah darah). Karena hanya (gelombang) spektrum warna merah dari matahari yang dapat menembus bumi (hingga ke bulan),” kata Ein.
Ein menyebut cuaca buruk terus berlangsung hingga bayangan bumi berangsur meninggalkan bulan mulai pukul 03.11 Wita hingga pukul 04.56 Wita. Pengamatan petugas di Kuta dan di Denpasar akhirnya dihentikan pukul 03.00 Wita.
Meski pengamatan tidak dapat dilakukan maksimal, tidak ada potensi bencana apapun dari cuaca buruk yang terjadi. Ein mengatakan gerhana bulan hanya akan menyebabkan air laut pasang seperti siklus yang terjadi tiap bulan.
“Bali masih musim kemarau. Untuk gerhana bulan, tidak ada potensi bencana. Sama seperti setiap bulan. Hanya laut pasang saat bulan purnama,” jelasnya.
