Selvi Ananda memanggil sepasang siswa sekolah menengah pertama (SMP) lantaran berpacaran. Istri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka itu lantas mengingatkan pasangan kekasih itu untuk tidak menikah saat usia dini. Menurutnya, menikah tidak hanya modal cinta.
Momen itu terjadi saat Selvi memberikan sosialisasi pencegahan pernikahan dini kepada siswa-siswi SMP se-Mataram di Aula Rinjani, RSUD Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (11/6/2025). Selvi mulanya meminta beberapa siswa untuk maju ke depan. Ia pun menginterogasi siswa bernama Adi (14) dan Siren (14).
“Adi punya pacar atau belum?” tanya Selvi kepada siswa tersebut.
Mendapat pertanyaan itu, Adi pun terdiam. Namun, puluhan siswa di ruangan itu lantas bersorak dan menunjuk pacar Adi yang merupakan siswi kelas VIII SMPN 7 Mataram. Pacar Adi, Ni Made Ambar (14), juga hadir dalam acara sosialisasi tersebut.
“Mana pacarnya Adi? Sini maju. Orang tua tahu kalian pacaran?” tanya Selvi kepada Adi dan Ambar.
Selvi menilai kisah Adi ke Ambar hanyalah sebatas cinta monyet. Ia pun mengingatkan siswa-siswi di Mataram untuk menghindari pernikahan usia dini.
“Oke kalau masih pacaran, teman dekat, ya. Masih cinta monyetlah ya. Ingat, untuk menikah tidak hanya modal cinta,” kata Selvi menceramahi Adi dan Ambar di hadapan siswa-siswi lainnya.
Selvi lantas berpesan kepada Adi dan Ambar untuk mengutamakan pendidikan hingga tamat kuliah. Setelah mendapat ceramah dari istri Gibran itu, Adi dan Ambar pun berjanji untuk belajar dengan tekun. Mereka juga berkomitmen untuk tidak buru-buru memikirkan pernikahan.
“Adik-adik masih SMP, belajar dulu yang baik. Lanjut ke SMA, terus ke universitas, semoga cita-citanya tercapai. Semoga bisa mapan, dapat pekerjaan yang baik, ekonomi bisa mapan. Nah, setelah itu baru boleh ke jenjang pernikahan,” imbuh Silvi.
Dalam kesempatan itu, Silvi juga menyapa para kader posyandu di Kota Mataram. Ia mengingatkan pernikahan anak dapat menyebabkan angka kemiskinan dan stunting di NTB semakin tinggi.
“Menikah itu tidak hanya modal cinta. Kesiapan mental dan finansial, semua dipikirkan sebelum menikah. Tanggung jawabnya besar,” kata dia.
Sebelumnya, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) NTB mencatat persentase kasus perkawinan anak di NTB pada 2024 mencapai 14,96 persen. Angka ini berada di atas rata-rata angka nasional yang sebesar 5,6 persen.
Kepala Bidang Perlindungan Khusus Anak Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Sri Wahyuni mengatakan pada 2025 pernikahan anak sudah menembus 143 kasus. Kasus tertinggi ditemukan di Kabupaten Bima, Dompu, dan Lombok Tengah.
Wahyuni menyebut maraknya kasus pernikahan anak di NTB ini karena beberapa faktor. Antara lain, lemahnya pengawasan orang tua dan tingginya angka kemiskinan di tengah masyarakat.
“Bagaimanapun penyebab pernikahan anak itu adalah kemiskinan, pola asuh orang tua, dan pendidikan. Meski dari keluarga berada, kalau pola asuhnya lemah ya perkawinan anak bisa saja terjadi,” papar Wahyuni saat Diskusi Kamisan ‘Pencegahan Tindakan Kekerasan Perempuan dan Lindungilah Anak Kita’ di Command Centre Provinsi NTB, Kamis (5/6/2025).