Selepas hujan yang awet, Gede Erhlang Fandhy Sakih membawa dua gelas kecil teh hangat berwarna cokelat cerah ke dalam bangunan kayu mungil bernama Padappa. Terletak di ujung gang, usaha artisan teh ini ia rintis sejak 2019 bersama pasangannya, Putu Ayudia Mahendra Dewi.
Ide mendirikan Padappa muncul ketika Erhlang masih menjual green tea milik rekannya dari Jawa. Ia menyadari banyak wisatawan mancanegara yang justru mencari teh lokal khas Bali. Dari sanalah mereka mencari potensi teh lokal Bali.
“Di Bali itu juga ada, kita punya bunga-bunga, tanaman herbal itu yang bisa diseduh terus diminum dan ternyata banyak khasiatnya juga,” ujar pria 37 tahun itu, Kamis (26/6/2025).
Meski Bali tidak memiliki perkebunan teh, Erhlang dan Ayudia menemukan jalan lain. Mereka menciptakan teh tanpa daun teh, yang dikenal sebagai artisan tea atau teasane.
Nama Padappa sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti tumbuhan. Produk teh mereka memanfaatkan kekayaan flora lokal Bali seperti pandan yang kerap digunakan dalam canang dan bunga gumitir dari sesajen. Lalu ada jahe, sereh, dan bunga telang dalam bumbu masakan Bali yang mudah ditemui di kebun.
“Sebenarnya tumbuh-tumbuhan yang kami pakai ini yang sudah biasa kami lihat di kebun. Jadi kami membuat brand ini agar tanaman asli dari Bali ini punya value,” jelas perempuan 32 tahun asli Negara, Kabupaten Jembrana, ini.
Padappa menawarkan tiga varian teh, yakni Ubbud, Uluwattu, dan Canggu. Nama-nama yang merujuk pada destinasi populer di Bali, tapi ditulis dengan dua huruf ganda sebagai penanda karakter khas Padappa. Masing-masing varian diracik sesuai dengan suasana dan makna tempat tersebut.
“Karena biasanya turis ke sini itu pasti ke tiga tempat ini. Paling nggak salah satu lah. Ubud Canggu, Uluwatu. Jadi kami bikin blendnya itu sesuai sama tempat-tempatnya,” jelas Erhlang .
Ubbud, dalam bahasa Bali “ubad” berarti obat. Banyak orang datang ke Ubud untuk berobat. Komposisinya didominasi bunga khas Bali, seperti mawar, ratna, dan gumitir. Cocok untuk detoks tubuh dan healing, seperti melihat hijaunya persawahan Ubud
Uluwattu mempunyai sensasi lebih hangat karena terdiri dari jahe, sereh, elang, pandan yang dominan. Teh ini untuk menghangatkan badan dan cocok diminum sebelum tidur karena bisa membuat tenang. Warna seduhannya biru dari bunga telang terinspirasi dari birunya laut Uluwatu.
Sementara itu, Canggu mempunyai rasa yang lebih kuat. Racikannya punya banyak rempah, seperti cengkeh, kapulaga, vanilla, black. Warna seduhannya cokelat gelap dan mengandung kafein. Ayudia menyebut ini sebagai representasi langsung dari suasana Canggu yang riuh, penuh digital nomad, dan beach club yang ramai sampai malam.
Untuk mengumpulkan rempah dari petani lokal di seluruh Bali dan melakukan peracikan, Ayudia dan Erhlang bekerja sama dengan rekan mereka di Ubud. Sedangkan untuk pengemasan dilakukan di lantai dua rumah Erhlang, yang juga sebagai kantor Padappa. Produksi Padappa saat ini mencapai rata-rata 500 kaleng per bulan.
Kemasannya memiliki desain dan tampilan yang minimalis, menjadikan Padappa sering disangka brand milik luar. Meskipun memang sebagian besar pasar mereka adalah turis mancanegara, terutama dari Eropa yang punya budaya minum teh seperti Rusia, Perancis, Jerman, Singapura, Australia dan Inggris.
“Beberapa kali dapat pesanan dari luar langsung ada beberapa dari UK, Australia, Jerman. Kebanyakan untuk konsumsi sendiri,” ujar perempuan yang pernah bekerja sebagai dokter umum.
Berbeda dari industri kopi yang penuh persaingan, pasar teh lokal di Bali cenderung memiliki konsep yang berbeda satu sama lain. Tantangan utama justru datang dari minimnya edukasi pasar lokal.
Walaupun minat dari konsumen Indonesia ada, tapi masih banyak anggapan yang membuat minuman tidak sepopuler kopi. “Dan kalau orang muda bilang ini tehnya nenek-nenek,” tambah Ayudia sembari tertawa.
“Kami ingin edukasi ini loh ada tanaman yang bisa kita olah sendiri,” sambung Erhlang.
Untuk menikmati secangkir teh Padappa, hanya perlu satu setengah sendok teh Padappa diseduh dengan 250 ml air panas. Setiap kaleng dibanderol Rp 125.000 dan bisa disajikan hingga 16 cangkir. Varian Ubbud dan Uluwattu masing-masing berisi 40 gram, sementara varian Canggu sedikit lebih banyak yaitu 70 gram.
Selain kemasan kaleng, tersedia juga kemasan sachet yang berisi 3 varian seharga Rp 69.000. Setiap saset ini berisi ketiga varian teh dan dirancang untuk satu kali minum, namun menariknya, kamu bisa menyeduhnya hingga 2-3 kali sampai rasanya memudar.
Padappa juga menawarkan kemasan hampers yang cocok sebagai hadiah. Dengan harga Rp 450 ribu sudah mendapatkan ketiga varian teh dalam kaleng dan satu saringan teh.
Jika ingin menikmati teh Padappa, Anda bisa kunjungi Pondok Arjuna 17, Jalan Gunung Tangkuban Perahu, Kerobokan Kelod, Badung, yang buka setiap hari pukul 09.00 Wita-21.00 Wita. Mereka juga tidak pernah absen di La Brisa Sunday Market setiap hari Minggu pukul 10.00 Wita-16.00 Wita. Selain itu, produk Padappa bisa kamu temukan melalui website resmi mereka.