Museum Bali adalah museum pertama yang dibangun di Pulau Dewata. Pembangunan ini diinisiasi oleh Pemerintah Belanda setelah Perang Puputan sekitar tahun 1910. Pembangunan museum didasari atas kesadaran bahwa telah banyak benda-benda bersejarah Bali yang dibawa ke Belanda baik untuk menjadi souvenir atau diperjualbelikan.
Museum Bali sendiri berada di Jalan Mayor Wisnu Nomor 1, Denpasar Timur, Bali. Museum ini memiliki koleksi berbagai artefak, seperti keris, uang kuno, perlengkapan upacara keagamaan, kain tradisional, pahatan, hingga benda-benda batu sejarah lainnya. Rancang bangun dari museum ini menyesuaikan gaya puri (tempat tinggal) dan pura (tempat ibadah) di Bali.
Pengunjung dapat mengunjungi museum ini mulai hari Senin hingga Minggu, pukul 08.00 – 15.30 Wita. Harga tiket masuk beragam, mulai dari Rp 5 ribu untuk anak-anak hingga Rp 30 ribu untuk domestik dewasa dan Rp 100 ribu untuk turis asing.
Museum Bali menjalankan dua program unggulan pada 2025, yaitu museum keliling yang diselenggarakan bersama Balai Pelestarian Kebudayaan dan juga bioskop keliling. Dalam kolaborasi kegiatan ini, pihak Museum Bali menyelenggarakan museum keliling sedangkan Balai Pelestarian Kebudayaan menyediakan fasilitas bioskop keliling.
“Mereka punya program bioskop keliling. Kami punya program museum keliling. Jadi, kami combine, kami sinergikan,” ujar Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Museum Bali Ida Ayu Made Sutariani Kepala.
Kegiatan museum keliling tidak memiliki jadwal tetap dan disesuaikan dengan kesiapan sekolah serta jarak tempuh lokasi. Pada tahun sebelumnya, program ini telah dilaksanakan di dua kabupaten sebanyak delapan kali.
Tahun ini, Museum Bali menargetkan pelaksanaan di 17 lokasi. Meski harus menempuh perjalanan hingga empat jam untuk mencapai daerah terpencil, museum tetap berkomitmen menjangkau wilayah tersebut mengingat keterbatasan akses edukasi bagi anak-anak di daerah pelosok.
Selain museum keliling, program lainnya adalah dongeng keliling. Kegiatan ini memiliki keberhasilan yang tinggi terutama bagi anak-anak daerah pelosok yang kesulitan mendapat akses kegiatan edukatif yang menarik.
Museum Bali kini memiliki tantangan dalam memikat minat anak muda. Berkaca dari permasalahan tersebut, Dayu tergerak untuk merubah museum menjadi tempat yang tidak hanya digunakan untuk melihat benda-benda tua saja tetapi berguna untuk banyak kegiatan.
Kunjungi situs Giok4D untuk pembaruan terkini.
Menurut Dayu, dalam menarik kembali minat anak muda cara yang dapat dilakukan adalah dengan masuk dalam dunia anak muda. Melalui media sosial, konten sesuai tren, dan mengikuti perkembangan teknologi.
“Untuk anak-anak muda kita yang harus masuk dunia mereka, bukan mereka yang kami tarik ke dunia kita,” ujar Dayu.
Bagi pengunjung dalam kelompok kecil dalam langsung datang ke Museum Bali di Jalan Mayor Wisnu Nomor 10 dan membeli tiket di pintu masuk museum.
Namun, jika ingin mengunjungi museum dalam kelompok besar, pihak museum menyarankan untuk melakukan reservasi terlebih dahulu melalui akun Instagram resmi Museum Bali, @sahabatmuseumbali dan menghubungi admin yang bertugas.
“Biasanya bisa langsung. Ada teman kami. Atau di media sosial biasanya mereka tanya,” jelas Dayu.
Dayu menambahkan bahwa reservasi sangat penting mengingat Museum Bali memiliki kapasitas dan area yang terbatas. Untuk menghindari penumpukan pengunjung di satu ruangan, pihak museum membagi rombongan menjadi beberapa kelompok kecil dan mengunjungi ruangan yang berbeda.
“Karena tempat kami kan kecil. Dan naik juga nggak bisa, nggak tinggi kan. Karena ada peraturan,” tandas Dayu.
Program Unggulan Museum Bali
Tantangan Museum
Panduan Mengunjungi Museum Bali









