Sejumlah sekolah dasar (SD) negeri di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), sepi peminat saat Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) 2025. Bahkan, ada sekolah yang hanya menerima dua siswa baru hingga penerimaan melalui jalur domisili berakhir pekan ini.
Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana, mengatakan sudah menerima informasi SD negeri yang sepi peminat dari Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik), Yusuf.
“Memang ada beberapa sekolah yang mengalami defisit siswa. Jadi besok akan kami bicarakan lagi soal pemetaan (defisit siswa ini),” kata Mohan saat diwawancarai infoBali di Mandalika, Mataram, Jumat (4/7/2025).
Mohan akan segera mengumpulkan beberapa organisasi perangkat daerah (OPD) untuk menangani permasalahan defisit siswa di sejumlah sekolah negeri Mataram. Ia berharap terjadi pemerataan jumlah siswa di masing-masing sekolah.
“Meskipun (nantinya) tidak bisa memenuhi secara maksimal rombelnya (rombongan belajar), paling tidak proses belajar mengajar tetap berjalan dan jumlah siswa juga masih ideal dalam proses belajar mengajar,” tutur Mohan.
Mohan mengungkapkan ada gagasan merger terhadap sekolah-sekolah yang defisit siswa atau minim pendaftar saat SPMB. Merger dilakukan agar proses belajar mengajar bisa berjalan maksimal.
“Cuma, tentu akan ada konsekuensinya. Guru yang mengajar ini yang harus kami pertimbangkan juga. Karena kalau dimerger, berarti gurunya harus bergeser juga. Nah, nanti soal pembagian teknisnya di pak kadis,” jelas Mohan.
Diberitakan sebelumnya, SDN 36 Ampenan, Kecamatan Pagutan, Mataram, NTB, hanya menerima dua murid pada SPMB 2025/2026. Sedangkan pendaftaran jalur afirmasi, mutasi hingga domisili ditutup pekan ini.
“Dari jalur afirmasi hanya ada satu siswa yang mendaftar. Untuk di jalur domisili minggu ini ada satu siswa yang mendaftar,” kata Panitia SPMB SDN 36 Ampenan, Ni Nengah Astini, saat di temui di ruangannya, Rabu (2/7/2025).
Nengah menjelaskan dari tahun ke tahun jumlah pendaftar murid baru di SDN 36 Ampenan minim. Hal itu terjadi sejak adanya konflik warga di Lingkungan Petemon dan Karang Genteng. Faktor lain adalah banyaknya jumlah SD negeri di satu kecamatan serta sebagian orang tua memilih mendaftar ke sekolah swasta.
“Kalau tahun lalu saja pendaftarnya hanya 4 siswa, tahun ini menurun lagi jadi 2 siswa saja,” jelas Nengah.
Jika ditotalkan, jumlah murid dari kelas satu hingga kelas enam hanya 33 murid. Dengan rincian kelas satu sebanyak 4 siswa, kelas dua (4), kelas tiga (4), kelas empat (1), kelas lima (14), dan kelas enam (6).
“Karena kelas enamnya sudah lulus, jadi tinggal 27 siswa. Kalau ditambah 2 siswa baru di SPMB ini, jadi total murid kita tahun ini 29 siswa. Yang paling banyak mendaftar di sini asalnya dari Petemon,” tuturnya.
Meskipun jumlah murid yang mendaftar sangat minim, Nengah memastikan proses belajar mengajar tetap berjalan seperti biasa. SDN 36 Ampenan juga tidak memaksakan untuk mencari siswa lagi meski telah melakukan sosialisasi ke masyarakat dan lingkungan.
“Tetapi, kami nggak bisa terlalu memaksa, kami syukuri saja jumlah siswa yang ada. Tugas kami hanya mengajar, membimbing, dan mendidik,” ujar Nengah.