Sederet peristiwa di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) menarik perhatian pembaca infoBali selama sepekan terakhir. Salah satunya adalah perkembangan terbaru kasus tewasnya Brigadir Nurhadi, anggota Polda NTB.
Tiga orang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus tersebut. Yakni, dua mantan atasan Nurhadi dan seorang perempuan yang bekerja sebagai ladies companion (LC). Bareskrim Polri turun tangan menangani kasus yang dinilai cukup berbelit tersebut.
Kemudian, ada bencana banjir bandang di Mataram. Puluhan ribu warga terdampak banjir. Selain itu, banjir juga merusak sejumlah fasilitas. Kerugian materi akibat banjir ditaksir mencapai sekitar Rp 55 miliar.
Sementara, di Lembata dan Flores Timur, terjadi bencana gunung meletus. Yakni, Gunung Ile Lewotolok di Lembata dan Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT. Selama beberapa bulan terakhir, dua gunung berapi tersebut sudah meletus ratusan kali.
Ada pula musibah kebakaran di Pasar Oinlasi di Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Tragisnya, tiga orang tewas dalam peristiwa tersebut.
Berikut rangkuman berita terpopuler selama sepekan terakhir dalam rubrik Nusra Sepekan di infoBali.
Kasus kematian anggota Bidpropam Polda NTB, Brigadir Muhammad Nurhadi, masih menyisakan tanda tanya. Nurhadi ditemukan tewas di dasar kolam setelah berpesta bersama dua atasannya dan dua perempuan pemandu karaoke atau LC di Villa Tekek, Gili Trawangan, Lombok Utara, NTB.
Peristiwa tragis ini terjadi pada Rabu malam, 16 April 2025. Dalam pesta itu, Nurhadi bersama Kompol I Made Yogi Purusa Utama dan Ipda Haris Chandra, serta dua LC, salah satunya Misri Puspita Sari asal Jambi.
Setelah berpesta, Nurhadi ditemukan meninggal di kolam Villa Tekek. Ia sempat diperiksa tim medis, namun nyawanya tak tertolong. Karena kematian dinilai janggal, Polda NTB melakukan ekshumasi pada 1 Mei 2025 untuk autopsi, meski sempat ditolak pihak keluarga.
Polda NTB kemudian menetapkan tiga tersangka dalam kasus ini, yakni Kompol I Made Yogi Purusa Utama, Ipda Haris Chandra, dan Misri Puspita Sari. Kedua atasan Nurhadi sudah dijatuhi sanksi pemberhentian tidak dengan hormat (PTDH). Ketiganya mendekam di Rutan Dittahti Polda NTB dan dijerat Pasal 351 ayat (3) KUHP dan/atau Pasal 359 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Namun demikian, hingga kini belum jelas siapa pelaku penganiayaan yang menyebabkan Nurhadi tewas.
Direktorat Tindak Pidana Umum (Dittipidum) Bareskrim Polri turun tangan untuk mengasistensi penyidikan di Polda NTB. Dirtipidum Bareskrim Polri Brigjen Djuhandhani Rahardjo Puro mengatakan asistensi dilakukan untuk mendalami hasil penyidikan.
“Kami melaksanakan asistensi tentang penyidikan yang dilakukan Polda NTB,” kata Djuhandhani, Kamis (10/7/2025).
Ia memastikan penyidikan akan dilakukan secara kredibel dengan pembuktian ilmiah.
“Memang sampai saat ini kami melihat pada prospek penyidikan yang dilakukan. Kami buktikan secara kredibel, akuntabel, memuat dengan pembuktian secara scientifik,” ujarnya.
Saat ditanya siapa pelaku penganiayaan, Djuhandhani enggan berkomentar lebih jauh. “Pelaku sudah ditahan kok,” ujarnya singkat.
Dirreskrimum Polda NTB Kombes Syarif Hidayat menyebut Brigadir Nurhadi diduga menjadi korban penganiayaan.
“Adanya dugaan penganiayaan yang mengakibatkan orang meninggal dunia. Di sana (Villa Tekek) telah terjadi (dugaan penganiayaan terhadap) salah seorang personel Polda NTB (yang) ditemukan meninggal dunia di dalam kolam,” ujar Syarif, Jumat (4/7/2025).
Hasil autopsi menunjukkan ada sejumlah luka pada tubuh Nurhadi. Luka paling fatal adalah patahnya tulang lidah yang 80 persen disebabkan oleh cekikan atau tekanan pada leher.
Meski tiga tersangka sudah ditahan, polisi masih mendalami siapa pelaku utama penganiayaan. Dirreskrimum Polda NTB menegaskan kunjungan Dirtipidum Bareskrim juga untuk memperjelas eksekutor penganiayaan.
“Hasil asistensi supervisi ini, didapatkan-lah bahwa ada beberapa penekanan yang perlu kami tindak lanjuti,” kata Syarif.
Selain pelaku, polisi juga masih mendalami motif liburan di Villa Tekek yang berujung maut.
“Makanya, dari asistensi perlu kami dalami (modus). Mendengarkan keterangan para saksi, terus bukti-bukti yang ada nanti berkaitan dengan kejadian akan kami dalami dari hasil asistensi ini,” ujarnya.
Banjir bandang yang melanda Kota Mataram pada Minggu (6/7/2025) berdampak pada ribuan warga. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram mencatat sebanyak 9.899 kepala keluarga (KK) atau 38.673 warga terdampak banjir.
“Update siang ini, ada sekitar 9.899 KK atau 38.673 warga kita yang terdampak banjir,” kata Plt Kalak BPBD Kota Mataram Muzaki saat dikonfirmasi infoBali, Jumat (11/7/2025).
Menurut Muzaki, warga terdampak paling banyak berada di Kecamatan Sekarbela, Sandubaya, Ampenan, dan Cakranegara. Rinciannya, Sekarbela 16.868 jiwa, Sandubaya 12.124 jiwa, Ampenan 5.184 jiwa, dan Cakranegara 2.401 jiwa.
Banjir bandang juga merusak sejumlah infrastruktur dan rumah warga. BPBD mencatat ada 91 rumah rusak, 5 bangunan sekolah rusak, 4 tempat ibadah rusak, dan 4 kantor rusak. Selain itu, terdapat 7 jembatan rusak berat, 4 ruas jalan rusak, 8 mobil rusak berat, dan 2 sepeda motor hanyut.
Banyaknya jembatan rusak disebabkan debit air yang tinggi serta tumpukan material sampah yang menghantam jembatan dengan kecepatan tinggi.
Muzaki menjelaskan, penanganan darurat dilakukan Pemkot Mataram bersama Wali Kota Mohan Roliskana. Beberapa langkah yang telah dilakukan di antaranya droping logistik, evakuasi, pendataan, pelaporan kaji situasi, hingga aktivasi dumlap. Wali Kota juga menerbitkan SK Tanggap Darurat Bencana Alam Banjir Nomor 877/VII/2025 dengan masa berlaku 6-19 Juli 2025.
“Kondisi terkini, cuaca masih mendung tipis-berawan. Sementara kami membutuhkan kebutuhan mendesak seperti makanan siap saji atau siap santap, air bersih, terpal, alat kebersihan, hygiene kit, seragam sekolah, pakaian, alat masak, tenda pengungsi, hingga selimut,” tutur Muzaki.
Kepala Dinas Sosial Kota Mataram Lalu Samsul Adnan memperkirakan kerugian akibat banjir bandang ini mencapai puluhan miliar rupiah.
“Ada miliaran kerugiannya, (mulai dari) kendaraan, rumah, bisa lebih,” katanya saat dikonfirmasi.
Sebelumnya, Pemprov NTB memprediksi total kerugian warga Mataram akibat banjir bandang mencapai Rp 55 miliar. Kepala Pelaksana BPBD NTB Ahmadi menjelaskan, estimasi ini dihitung dari kerugian satu KK rata-rata Rp 7 juta, ditambah kerusakan fasilitas umum senilai Rp 1 miliar.
Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), meletus 48 kali, Sabtu (12/7/2025). Letusan tercatat mulai pukul 00.00 Wita sampai 06.00 Wita. Gunung setinggi 1.423 meter di atas permukaan laut (mdpl) ini memuntahkan kolom abu setinggi 100-250 meter serta warna asap putih kelabu. Gunung juga melontarkan lava pijar yang tampak merah membara.
“Letusan 48 kali dengan amplitudo 11,9-36,2 milimeter dengan durasi 41-45 info. Letusan disertai gemuruh lemah-kuat. Teramati lontaran lava pijar ke segala arah, dominan ke barat daya, selatan, dan tenggara dengan jarak luncur 200-500 meter dari pusat letusan,” kata Petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, Stanislaus Arakian, dalam keterangan resmi yang diterima infoBali, Sabtu.
Stanis mengimbau masyarakat di sekitar Gunung Ile Lewotolok agar tidak memasuki dan tidak melakukan aktivitas di dalam wilayah radius 3 kilometer dari pusat aktivitas Gunung Ile Lewotolok. Mereka juga diminta mewaspadai potensi ancaman bahaya dari guguran atau longsoran lava serta awan panas dari sektor selatan dan tenggara. Kemudian, sektor Barat serta sektor timur laut Gunung Ile Lewotolok.
“Masyarakat diimbau untuk tidak panik jika mendengar suara gemuruh atau dentuman dari kawah Gunung Ile Lewotolok karena suara tersebut merupakan ciri aktivitas gunung api yang sedang dalam fase erupsi. Suara dentuman yang keras dapat mengakibatkan getaran yang kuat pada beberapa bagian bangunan terutama jendela kaca dan pintu,” urai Stanis.
Sebelumnya, Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores Timur, NTT, juga meletus lagi pada Jumat (11/7/2025) pukul 14.10 Wita. Erupsi ini membuat warga yang tengah melintas di jalur Trans Larantuka-Maumere terpaksa putar balik karena jalur tersebut melewati Desa Dulipali yang masuk dalam radius Kawasan Rawan Bencana (KRB).
Warga Desa Klatanlo, Ito Leba, menceritakan saat dirinya dan kerabatnya dalam perjalanan menuju Klatanlo, tiba-tiba Gunung Lewotobi Laki-laki meletus. Ia mengaku tidak mendengar suara letusan karena sedang berada di atas sepeda motor.
“Kami mau ke Klatanlo, tiba-tiba pas di Desa Nobo, gunung meletus. (Kami) ke Klatanlo lihat rumah, hasil akhirnya putar balik,” ujar Ito kepada infoBali, Jumat.
Ia menambahkan, letusan hanya terlihat dari kejauhan. “Tidak dengar bunyi, cuma lihat erupsinya,” imbuhnya.
Sementara itu, warga Desa Boru, Erson Soge, mengaku sempat mendengar suara ledakan, meski tidak terlalu besar.
“Ledak hanya tidak terlalu besar. Abu ke arah selatan,” ujarnya.
Kebakaran dahsyat melanda Pasar Oinlasi di Kecamatan Amanatun Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (8/7/2025) dini hari sekitar pukul 04.00 Wita. Insiden ini menewaskan tiga orang.
“Tiga orang meninggal dalam kebakaran itu. Diduga mereka terjebak dalam bangunan pasar,” ujar Kepala Desa Oinlasi, Yasri Nomleni, kepada infoBali.
Yasri menyebutkan para korban adalah Fadli Rizal Pratama (20), Fadil Reza Dwinanda (15), dan Ananda Viki Khourulhuda (18). Selain tiga orang tewas, satu orang lainnya mengalami luka-luka dalam kebakaran tersebut.
“Ada dua orang korban yang ditemukan hangus dalam keadaan berpelukan,” ungkap Yasri.
Delapan lapak di pasar tersebut hangus terbakar. Namun, hingga kini penyebab kebakaran belum diketahui. Warga setempat sempat berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya, tetapi tidak berhasil.
“Semuanya memang panik dan berusaha padamkan api dengan peralatan seadanya,” tutur Yasri.
Jasad ketiga korban kini telah dievakuasi ke Masjid Oinlasi. Sementara itu, polisi bersama TNI masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk mencari tahu penyebab kebakaran.
“Aparat polisi dan TNI sudah di lokasi. Kami berbelasungkawa atas peristiwa tersebut,” pungkas Yasri.