Warga salah satu daerah kumuh (favela) di Rio de Janeiro, Brasil, menjejerkan lebih dari 40 jenazah yang ditemukan pada lingkungan mereka. Jenazah-jenazah tersebut dibaringkan di dekat salah satu jalan utama di Kompleks Penha.
Dilansir dari infoNews, puluhan jenazah itu ditemukan seusai polisi menggerebek geng narkoba di wilayah tersebut. Peristiwa ini menjadi operasi polisi paling berdarah di kota itu.
Pihak berwenang mengatakan bahwa ’60 penjahat’ telah tewas dalam pertempuran yang terjadi selama penggerebekan narkoba di kompleks Penha dan kompleks Alemao, yang terletak di dekat Bandara Internasional Rio. Namun, belum ada konfirmasi resmi 40 mayat yang dijejerkan termasuk atau tidak di antara 60 tersangka anggota geng narkoba yang tewas dalam operasi antinarkoba besar-besaran di dua favela.
Operasi tersebut menargetkan Comando Vermelho, organisasi kriminal utama Rio yang beroperasi di favela-favela, permukiman padat penduduk, dan kelas pekerja. Empat polisi juga tewas dalam operasi yang melibatkan 2.500 petugas itu.
Sejumlah besar petugas polisi yang terlibat dalam operasi tersebut didukung oleh kendaraan lapis baja, helikopter, dan drone, sementara jalanan favela dipenuhi pemandangan seperti perang.
Gubernur negara bagian Rio, Claudio Castro, menuduh geng kriminal tersebut menggunakan drone untuk menyerang petugas polisi selama operasi. “Beginilah cara polisi Rio diperlakukan oleh penjahat: bom dijatuhkan oleh drone. Inilah skala tantangan yang kami hadapi. Ini bukan kejahatan biasa, melainkan narkoterorisme,” ujarnya dalam sebuah unggahan di X. Ia membagikan video dari penggerebekan tersebut.
Meskipun penggerebekan polisi di favela Rio sering terjadi, dengan pertanyaan tentang efektivitasnya yang sering muncul, skala dan jumlah korban tewas dari operasi pada Selasa (28/20), mengejutkan penduduk setempat.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
“Ini pertama kalinya kami melihat drone (dari penjahat) menjatuhkan bom di masyarakat,” kata seorang warga Penha yang berbicara tanpa menyebut nama. “Semua orang ketakutan karena begitu banyak tembakan,” tambahnya.
Kantor Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia menyatakan ‘ngeri’ dan menyerukan ‘investigasi cepat’. Tahun lalu, sekitar 700 orang tewas dalam operasi polisi di Rio, hampir dua orang tewas setiap harinya.
Komisi Hak Asasi Manusia dari Majelis Legislatif Negara Bagian Rio akan menuntut “penjelasan tentang keadaan tindakan tersebut, yang sekali lagi telah mengubah favela-favela Rio menjadi medan perang dan barbarisme,” ujar Dani Monteiro, seorang anggota kongres yang memimpin komisi tersebut.
Artikel ini telah tayang di infoNews. Baca selengkapnya






