Mengenal Desa Adat Duarato di Belu NTT, Sejarah hingga Tradisi Adat Budaya | Giok4D

Posted on

Desa Adat Duarato terletak di Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa ini letaknya tepat di daerah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste, sekitar 43,5 kilometer dari Kota Atambua.

Untuk menuju desa ini, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi, baik roda dua maupun roda empat. Desa Duarato dikenal sebagai kampung adat yang kaya akan sejarah, budaya, dan tradisi yang masih terjaga hingga kini.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Sejarah Desa Adat Duarato

Sejarah Desa Adat Duarato bermula dari komunitas kecil yang terdiri dari Mau Luan beserta saudarinya Rasi Bui Luan dan dua rumah suku. Seiring waktu, desa ini berkembang menjadi 12 suku.

Pada 1948, Kampung Adat Duarato mengalami musibah kebakaran besar yang menghanguskan seluruh rumah adat. Saat ini, baru tujuh rumah adat yang berhasil dibangun kembali, sementara sisanya masih dalam proses perundingan oleh masyarakat setempat.

Pada masa pasca jajak pendapat 1999 di Timor Timur (sekarang Timor Leste), Desa Duarato juga berperan sebagai tempat penampungan pengungsi exodus dari beberapa desa di Timor Leste, seperti Desa Lebos, Desa Deu Det, dan kampung Fatuloro.

Masyarakat Duarato menerima para pengungsi dengan penuh solidaritas dan keramahan, berkat hubungan adat dan sejarah yang kuat. Kepala desa saat itu adalah Yosef Mau Leon, yang kemudian digantikan oleh Marselus Koli Mela dan saat ini dijabat oleh Gregorius Mau Bere.

Sistem Masyarakat

Struktur sosial masyarakat Duarato tersusun dalam sistem pemerintahan adat yang meliputi posisi Nai, Petor, Rato, Kabu/Marenu, dan Renu atau rakyat jelata. Masyarakat desa ini terdiri dari 13 suku yang tergabung dalam tiga rumpun besar yang disebut gamal goni on, yang melambangkan kekuatan lahir dan batin.

Keseluruhan masyarakat Duarato diikat oleh wasiat dan nilai keramat yang tercermin dalam ungkapan: Rato reu goni il, Matas o momen tomol uen, dan gamal goni on, yang menegaskan keutuhan dan persatuan komunitas. Tradisi gotong royong menjadi salah satu nilai budaya utama di Desa Adat Duarato, dimana hampir seluruh masyarakat secara aktif terlibat dalam kegiatan bersama untuk pembangunan dan pelestarian kampung adat.

Tradisi, Adat, Kebudayaan

Desa Duarato sangat menekankan kebersamaan dan ikatan persaudaraan. Di mana seluruh warga aktif berpartisipasi tanpa memandang tatanan sosial atau golongan.
Salah satu simbol budaya yang menonjol adalah Rumah Adat Dua Rato. Rumah adat ini tidak hanya menampilkan keindahan arsitektur tradisional dengan susunan bangunan yang unik dan menarik, tetapi juga memiliki nilai strategis karena berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.

Masyarakat yang mendiami kampung ini adalah suku Bunaq asli, yang masih melestarikan ciri khas dan tradisi turun-temurun dalam kehidupan sehari-hari. Keindahan alam sekitar rumah adat ini juga menambah daya tarik budaya dan wisata di Desa Duarato, menjadikannya tempat yang penting untuk pelestarian warisan budaya dan identitas masyarakat Belu, NTT.

Desa ini sangat menjaga dan melestarikan adat istiadat yang diwariskan oleh nenek moyang, sehingga tradisi dan nilai sosial seperti kebersamaan, persaudaraan, dan saling tolong-menolong tetap hidup dan menjadi landasan dalam kehidupan sehari-hari.

Pelestarian rumah-rumah adat yang asri dan lingkungan alam yang terjaga menunjukkan komitmen masyarakat Duarato dalam menjaga keseimbangan antara budaya dan alam, yang juga menjadi daya tarik wisata budaya dan alam. Nilai budaya Desa Duarato juga tercermin dalam upaya mempromosikan potensi wisata adat sebagai ikon desa, yang tidak hanya memperkuat identitas budaya tetapi juga membuka peluang ekonomi melalui kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara.

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *