Mahasiswa Unud Tertipu Panggilan Spam Mengaku Polisi, Rp 141 Juta Raib

Posted on

Sejumlah mahasiswa Universitas Udayana (Unud) menjadi korban panggilan spam dari nomor yang diawali 0899 yang berkedok sebagai anggota kepolisian. Bahkan, salah satu korban penipuan berinisial DS mengalami kerugian hingga Rp 141 juta.

AS, salah satu teman dekat korban yang mendampingi selama kejadian berlangsung, menceritakan bagaimana penipuan terjadi. DS yang masih diselimuti trauma mendalam hingga kini bahkan enggan berkontak dengan orang lain.

“Korban yang psikologisnya sudah diserang tidak punya cara lain selain menurut kepada pelaku,” ujar AS saat dihubungi infoBali, Sabtu (14/6/2025).

Awalnya DS menerima telepon dari nomor tak dikenal pada 10 Juni 2025. Penelepon memperkenalkan diri sebagai anggota Polda Sumatera Utara, biro keuangan Surabaya. Ia menyebutkan nama dan NIK DS dengan tepat dan menuduhnya terlibat dalam kasus pencucian uang.

“DS menerima panggilan dari kepolisian yang bernama Iptu Erzan Sarajaya dengan nomor penyidik 95120422 dan nomor kasusnya 0023518 dengan nama kasus ‘Kasus pencucian uang ilegal’ atas nama Puji Lestari,” ungkap AS.

DS berasal dari Sumatera Utara dan pernah kehilangan KTP-nya tahun lalu. Ia dituduh telah menjual identitas pribadinya kepada oknum tertentu, sehingga ia harus menjalani interogasi melalui aplikasi Zoom.

Begitu panggilan Zoom dimulai, pelaku hanya menampakkan diri sebentar di layar kamera. Sempat terlihat seorang laki-laki berkepala plontos memakai kacamata. Ia lalu mematikan videonya, tapi tetap memaksa DS untuk terus menyalakan kameranya. DS kemudian diancam untuk tidak menceritakan hal ini kepada siapapun.

“Pelaku menggunakan surat polisi tanda tangan Irjen. Pol. Alberd Teddy Benhard Sianipar, S.I.K., M.H., dan menyuruh DS bersumpah untuk tidak memberitahukan siapa pun, termasuk orang tuanya dengan ancaman penjara 9 bulan dan denda Rp 1 miliar,” jelas AS.

Dalam interogasi daring itu, pelaku terus menekan DS secara psikologis. Ia bahkan memintanya memutar kamera untuk memastikan tidak ada orang lain di sekitarnya. Kemudian, pelaku mendesaknya agar segera meminta uang kepada orang tuanya sebesar Rp 200 juta agar DS bisa dinyatakan tidak bersalah dalam kasus ini.

Pelaku kemudian memerintahkan DS untuk mengarang cerita ke orang tuanya bahwa ia mendapat beasiswa ke Tiongkok. Untuk meyakinkan, pelaku bahkan menyertakan dokumen palsu dengan logo Universitas Udayana di kop surat. Uang sebesar Rp 141 juta pun ditransfer kepada penelpon dengan janji akan dikembalikan setelahnya.

“Uang senilai Rp 141 juta telah dikirimkan oleh orang tua korban ke rekening korban. Setelah itu, pelaku meminta uang itu dikirim ke rekening yang disebut PPATK Surabaya” ujar AS.

Tak sampai di situ, hingga kini pelaku masih mengontak DS lewat aplikasi Telegram dan meminta uang tambahan sebesar Rp 20 juta dengan dalih DS belum bisa bebas dari perkara ini.

Senasib dengan DS, Olivia Girsang, korban dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis ini juga menerima banyak telepon dari nomor tak dikenal. Dengan modus yang sama, terdengar suara pria yang mengaku dari kepolisian Sumatera Utara.

Di hari yang sama, sekitar pukul 21.00 Wita, Olivia yang sedang tertidur mengangkat telepon yang masuk. Penelpon itu dengan akurat menyebutkan nama lengkap, tanggal lahir, NIK, alamat.

“Dia langsung mengkonfirmasi bahwa ada orang lain yang telah mengetahui identitas saya dan melakukan pendaftaran di Bank Mega serta melakukan penipuan kepada orang lain dan juga melakukan pencucian uang,” jelas Olivia.

Pelaku sempat mengajaknya bertemu di kantor kepolisian Sumatera Utara untuk menyelesaikan kasus tersebut. Namun Olivia menjawab tidak bisa hadir karena sedang sibuk berkuliah di Bali.

“Dia berkata dengan ngotot, kalau memang benar bukan saya orang yang melakukan hal tersebut, saya harus datang ke kepolisian Sumatera Utara dan bertemu dengan dia,” tambah perempuan yang juga asal Sumatera Utara itu.

Olivia juga mendengar nama Puji Lestari disebut sebagai dalang kasus pencucian uang. Merasa semakin mencurigakan, Olivia langsung mematikan teleponnya. Namun, tak lama kemudian, nomor berbeda menelepon lagi dengan suara yang sama persis. Dari situ, Olivia yakin bahwa ini jelas penipuan.

Laporan Tak Kunjung Ditanggapi

Setelah peristiwa penipuan itu, AS menceritakan DS mengalami trauma berat. Ia tak mau bertemu atau berkomunikasi dengan siapapun, bahkan sampai membuang kemeja dan barang-barang yang dikenakannya saat interogasi.

“Dia sangat terpukul karena itu uang orang tuanya, yang seharusnya dipakai untuk pengobatan ibunya. Dia sering bilang masih terngiang suara pelaku di kepalanya,” ujar AS.

DS langsung melaporkan kasus tersebut ke Polda Bali di hari yang sama pada pukul 20.00 Wita. Namun, AS mengungkapkan kekecewaannya karena hingga kini kabar terbaru terkait laporan tersebut tak kunjung didapatkan.

“Dan pada saat kami melapor ini juga kepolisian hanya menasihati, kayak menyalahkan ‘harusnya kamu sudah tahu kalau ini penipu’. Laporan juga belum ada progres sampai saat ini,” jelas AS.

Sebelumnya, puluhan mahasiswa Unud menjadi korban teror panggilan tak dikenal dari nomor dengan awalan 0899. Panggilan tersebut diduga merupakan bagian dari upaya penipuan yang menargetkan mahasiswa dari berbagai fakultas.

Seorang mahasiswa Fakultas Pertanian Unud, AS, mengungkapkan hampir seluruh teman sekelasnya menerima panggilan serupa. Teman sekelasnya ada 50 orang. Bahkan, teror ini juga dialami mahasiswa dari fakultas lain, khususnya angkatan 2023 dan 2024.

“Hampir teman satu kelas ditelepon dengan nomor awalan 0899. Dari fakultas teknik, fakultas pertanian, fakultas teknologi pertanian, sampai kedokteran, teman-teman di rusunawa Unud. Bahkan ada juga yang mengaku dari universitas lain di Bali,” ujar AS saat dihubungi tim infoBali, Sabtu (14/6/2025).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *