Perayaan Galungan sudah berakhir beberapa hari lalu. Namun, lungsuran dari banten atau sesajen yang sempat dihaturkan butuh waktu untuk dihabiskan. Tidak jarang lungsuran berakhir menjadi sampah makanan (food waste) karena tak sempat dimakan saat masih layak.
Berangkat dari fenomena itu, Jegeg Bagus Gianyar mengumpulkan lungsuran Galungan berupa buah dan kudapan dari warga serta diberikan kepada monyet di Monkey Forest Ubud, Gianyar, Bali. “Aktivitas kami ini sudah memasuki tahun keempat,” ujar Ketua Umum Jegeg Bagus Gianyar, Ni Nyoman Triadi Adnyani, saat ditemui infoBali, Jumat (25/4/2025).
“Inisiasi awalnya karena bikin banten kan banyak, tetapi habiskan lungsuran itu butuh waktu, akhirnya malah jadi limbah rumah tangga. Berkaca pas COVID-19 juga kan ada isu (monyet di Monkey Forest Ubud) kekurangan makanan,” imbuh Triadi.
Tak perlu waktu lama bagi Jegeg Bagus Gianyar untuk mengumpulkan lungsuran Galungan. Mereka mengumpulkan lungsuran dari masyarakat Gianyar saat Umanis Galungan. Lungsuran yang terkumpul kemudian diberikan kepada monyet di Monkey Forest Ubud saat Pahing Galungan supaya kondisinya masih segar dan layak makan.
Triadi tak sulit mengoordinasikan timnya untuk mengumpulkan lungsuran Galungan. Sebab, Jegeg Bagus Gianyar terbentuk dari perwakilan tujuh kecamatan di Gumi Seni. Pengumpulan lungsuran dari warga juga dilakukan di masing-masing kecamatan oleh anggota Jegeg Bagus Gianyar.
Informasi soal pengumpulan lungsuran juga sudah dibagikan para anggota Jegeg Bagus Gianyar kepada warga serta disiarkan melalui media sosial (medsos). Lungsuran yang terkumpul kemudian dipilah sebelum diberikan kepada monyet di Monkey Forest Ubud. “Jajanan yang masih berplastik, kami keluarkan. Yang kurang layak akan dibuat eco enzyme,” tutur Triadi.
Sekitar 10 kilogram (kg) pisang, satu karung kudapan rengginang, dan satu karung kelapa terkumpul dan dibagikan 20 anggota Jegeg Bagus Gianyar angkatan 2024-2025 di Central Point Monkey Forest Ubud.
General Manager (GM) Monkey Forest Ubud, Anak Agung Bagus Baskara, merespons baik aksi peduli lingkungan dan satwa dari Jegeg Bagus Gianyar. Monkey Forest Ubud, jelasnya, terbuka bila ada masyarakat lain yang hendak melakukan aktivitas yang sama. Namun, catatannya, perlu berkomunikasi terlebih dahulu dengan manajemen Monkey Forest Ubud.
“Becik (bagus) sekali, menjadi permulaan untuk yowana (anak muda) bersinergi dengan alam. Asalkan sejak awal diberitahukan (jika mau kasih makan) karena monyet kami sebanyak 1.086 ekor ini makannya tidak sembarangan. Bahkan, pisang pun masih pilih-pilih. Kalau hijau dia tidak mau, dikira belum masak,” tutur Agung.
Salak, jeruk, markisa, dan apel, tutur Agung, bukanlah buah yang disukai mamalia yang hidup di pohon ini. Selain soal selera, aspek kesehatan juga menjadi pertimbangan pemilihan makanan. Roti dan kacang dilarang diberikan karena dapat mengganggu metabolisme monyet dan cenderung membuat mereka obesitas.
“Kami juga minta tidak diplastik karena monyet kan tidak tahu cara buang plastik pada tempatnya,” jelas Agung.