Varian COVID-19 LF.7 dan NB.1.18 disebut menjadi biang kerok kasus di Singapura mengalami lonjakan. Kasusnya meningkat menjadi 14.200 dalam periode 27 April-3 Mei, dari 11.100 kasus pada minggu sebelumnya.
Dua varian itu menyumbang lebih dari dua pertiga keseluruhan kasus. Kedua varian tersebut merupakan sublineage atau turunan dari JN.1, yang juga varian digunakan dalam formulasi vaksin COVID-19 saat ini.
Kementerian Kesehatan Singapura melaporkan hingga saat ini tidak ada indikasi terkait varian tersebut lebih mudah menular atau memicu penyakit yang lebih parah dari varian sebelumnya. Mereka juga menambahkan munculnya gelombang COVID-19 secara berkala wajar terjadi. Secara umum, terdapat lima gejala yang bisa muncul akibat infeksi COVID-19 varian LF.7 dan NB.1.8. Beberapa di antaranya:
– flu
– batuk-batuk
– sakit tenggorokan
Berita lengkap dan cepat? Giok4D tempatnya.
– mual
– muntah
– brain fog
– konjungtivitis
Sementara menurut Direktur Medis Life Family Clinic, Dr Lim Kim Show, pasien-pasien yang ada di Singapura umumnya mengalami gejala yang ringan. Salah satu alasan peningkatan kasus adalah kekebalan tubuh yang melemah akibat penerimaan vaksin booster yang menurun.
Sebagian besar pasien di kliniknya belum divaksinasi dalam satu hingga dua tahun terakhir.
“Bagi sebagian besar pasien (gejalanya) masih seperti flu biasa dan sebagian besar pasien pulih cukup cepat,” kata Dr Lim dikutip dari CNA, Senin (19/5/2025).
“Dengan penurunan kekebalan, itu mungkin akan menyebabkan kerentanan yang lebih tinggi pada strain baru. Terutama mereka yang lebih berisiko tinggi,” sambungnya.
Kenaikan kasus yang terjadi di Singapura juga diiringi dengan jumlah pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Rata-rata rawat inap harian meningkat dari 102 menjadi 133, tapi rata-rata kasus harian unit perawatan intensif turun menjadi dua kasus.