Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Hanif Faisol Nurofiq, menyampaikan bahwa proyek Terminal LNG Bali kini masih dalam proses persetujuan lingkungan. Ia menegaskan tahap ini menjadi penentu kelanjutan proyek, sebab tanpa persetujuan lingkungan, izin usaha tak bisa diterbitkan.
“Kami akan upayakan secepatnya. Mudah-mudahan kami akan running dalam waktu 1, 2 bulan, dan 3 bulan paling lambat. Saya minta ini sudah ada keputusan, ini berlanjut atau tidak berlanjut,” jelas Hanif saat meninjau lokasi Terminal LNG Bali Offshore di Pantai Sidakarya, Denpasar, Bali, Selasa (27/5/2026).
Hanif meminta tim konsultan segera merapikan dokumen lingkungan dalam waktu dua minggu ke depan, sebelum pembahasan kerangka acuan dimulai. LHK akan mengkaji lokasi LGN yang diusulkan di kawasan Sidakarya. Apabila dokumen dan lokasi sudah layak, maka proses akan dilanjutkan.
Hanif mengapresiasi dan mendukung upaya Bali menuju energi bersih. Terlebih untuk kabupaten/kota dengan populasi yang cukup tinggi.
“Proyek ini sebenarnya sudah lama hampir 3 tahun berselang dan belum bergerak di Kementerian kami karena memang beberapa kepentingan yang harus didiskusikan dengan masak. Tetapi, selepas kunjungan ini, saya ingin pastikan bahwa proses perjuangan lingkungan akan dimulai,” beber Hanif.
Ia meminta Pemprov Bali mengundang semua pihak dalam pembahasan sosial dan lingkungan. Termasuk kelompok penolak dan pelaku usaha yang mengkritisi proyek LNG.
“Tidak boleh ada yang lewat, tidak boleh yang dihadirkan (dalam pertemuan hanya) yang mendukung. Paling penting yang kontra-kontra itu yang dihadirkan dalam rangka rapat-rapat pembahasan pelingkupan sosialnya. Kemudian isu lingkungan dan pelingkupan lingkungannya,” tegas Hanif.
Sementara itu, Bendesa Adat Sidakarya Ketut Suka menyatakan dukungannya terhadap transisi Bali menuju energi bersih. Ia berharap proyek LNG bisa direalisasikan demi manfaat ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat.
“Kalau program Bali mandiri energi bersih dengan menggunakan LNG bisa diwujudkan pasti kami sangat-sangat mendukungnya. (Misal) gas LPG bisa diganti dengan LNG ke rumah tangga karena dari segi ekonomis juga sangat murah,” tuturnya.
Saat ditanya apakah akan ada perjanjian yang menjamin warga Sidakarya mendapatkan gas gratis setelah proyek LNG terealisasi, Ketut Suka menyatakan hal itu bukan menjadi fokus utama. Ia menegaskan bahwa prioritas mereka adalah mendukung terwujudnya proyek tersebut.
“Lingkungan kita akan aman dan bersih energinya. Gasnya untuk supply ke PLN lebih murah, ke masyarakat kan lebih murah juga. Jadi, kami tidak memikirkan diri sendiri saja, tapi masyarakat umum juga kami pikirkan,” pungkasnya.